[RP] Their Arrival at Azure

oote: oii..aku belum pergi.

"iya...aku selalu ada untuk membantumu..." katanya sambil tersenyum, namun saat dia berbalik untuk segera pergi, kunci mobilnya yang ada gantungan Mutsuki Asa versi Limited editionnya jatuh di dekat Scarlett.

"ah...." untung vanessa menyadarinya. dia membungkuk hendak mengambil kunci mobilnya, yang jatuh didepan Scarlett.

Sesuatu terjatuh di depan Scarlett. Kedua matanya terbelalak ketika melihat sesuatu yang terjatuh itu. Ia mengenalnya.

"Va..Vaness-san! Itu gantungan kunci Mutsuki Asa yang versi limited edition??" teriaknya tak percaya.

"Aku juga punya di rumah! Aku penggemar berat Mutsuki-san! Vaness-san juga penggemarnya-kah??" tanyanya antusias.

Dalam hati, Vanessa terharu karena ada salah satu Fans beratnya disini. disisi lain, dia komat-kamit agar Scarlett tidak sadar kalau dirinya dalah orang yang diidolakan olehnya.

"eh..i...iya..aku juga nge-fans sama Mutsuki..ternyata kamu juga ya?" katanya. "bisa dibilang.....aku anggota Mutsuki Fans Club" katanya.

GONJRENG! loh kok begini??

Quote :

"aduh....Shawn..kau kan tidak meminta pertanyaan darimu..."

"Uh? Tentu saja aku tidak meminta pertanyaan dari diriku... maksudmu apa, Vanessa?"

Quote :

"eng...urusan...urusan...mobil?"

"Ho, urusan mobil ya..."

Setelah beberapa lama, Vanessa dan Scarlett saling berbicara, tapi Shawn tidak pergi kemana-mana dan tetap saja disitu.

Barulah setelah beberapa lama.

"Vanessa, tidak jadi pergi? Bukannya kau buru-buru?" ujarnya datar.

------------------------
oot: haha -___-"

"hah? un...er..." vanessa tidak bisa menjawab pertanyaan Shawn. karena sebenarnya vanessa lebih bingung karena Scarlett.

sahabat atau rival?

Shawn yang tenang-tenang saja tidak akan mengerti tantang perasaanya. "ah...Shawn tidak akan mengerti.." kata Vanessa.

Scarlett tersenyum lebar, membuat wajahnya yang manis terlihat semakin manis dan cantik. Senyuman memang senjata wanita untuk menggaet pria. Ah sudahlah, back to topic.

Ia tak percaya ada penggemar Mutsuki Asa, seorang seiyuu yang sangat terkenal di Jepang saat ini, selain dirinya di Apartemen Azure. Suara milik Mutsuki Asa benar-benar menghayati berbagai ekspresi. Dan Scarlett sangat menyukai hal itu.

"Vaness-san penggemarnya juga ya? Wah, kita sama!" serunya antusias. "Memangnya ada Mutsuki Asa fans club disini?" tanyanya tanpa curiga sedikit pun pada Vaness.

Kau itu benar-benar idiot...

Vanessa kembali pada Scarlett. pertanyaan Scarlet yang bertubi-tubi, ah...tidak terlalu memang, tapi semua pertanyaan itu membuatnya pusing, cukup pusing.

"eto....ya, tapi aku suka tidak hadir dalam acara fan gathering." katanya. "tapi kalau mau bergabung jadi anggota, akan aku tunjukan caranya." tawar Vanessa.

ah...dunia itu sempit!

Quote :

"ah...Shawn tidak akan mengerti.."

"Tidak mengerti? Hm, itu tergantung perspektifmu, Vanessa." Shawn tersenyum, agak mirip seringai, namun lebih kearah senyum tantangan. Vanessa dan Scarlett sibuk membicarakan tentang Mutsuki Asa, seorang seiyuu

"Hohoho, sayang sekali jurusanku adalah Video Game, jadi aku tidak mengerti hal-hal seperti ini, kalau begitu, aku pergi dulu." Shawn membungkuk dengan anggun pada ketiga gadis itu termasuk Clara, sebelum keluar dari ruangan itu. Ia masih tersenyum saat keluar dari kamar itu.

Mendengar kata-kata Shawn, Vanessa malah menjadi orang yang tidak mengerti. lagipula nada bicara Shawn yang aneh membuatnya penasaran.

"eh-uh? baiklah, sampai nanti Shawn.." katanya saat Shawn meninggalkan ruangan itu.

Scarlett semakin antusias. Mengapa Scarlett begitu nge-fans pada Mutsuki Asa? Itu karena ia iri dengan kebebasan berekspresi yang ditunjukkan sang seiyuu.

Seandainya Scarlett bisa seperti itu, mungkin saat ini akan berbeda.

"Wah? Beneran? Bagaimana caranya jadi anggota? Apa aku bisa bertemu Mutsuki-san?" tanyanya bertubi-tubi.

ya..di hadapanmu ini adalah Mutsuki, believe it or not.

"well...bagaimana yah? nanti kuajak kamu ke sekretariatnya. kalau beruntung, kamu bakal ketemu Mutsuki, karena dia suka kabur ke sana" katanya.

Vanessa menghela nafasnya. dia baru saja memulai lingkaran setan. "kalau beruntung..er..iya..kalau beruntung..."

Kalau beruntung? Beruntung ya.. Mungkin Scarlett termasuk yang dianugerahi keberuntungan tinggi.

Terlahir dari gabungan ayah yang super-tampan dan ibu yang sangat cantik membuat dirinya pun mengikuti jejak orangtuanya dan selalu digandrungi para lelaki. Apalagi ia juga memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi dan putri tunggal pengusaha kopi sukses, membuatnya semakin bahagia.

Apakah itu sudah cukup beruntung?

"Aku yakin aku bisa bertemu Mutsuki-san, karena aku orang yang beruntung!" jawabnya girang. Rasa percaya diri yang tinggi.

Namun entah kenapa semua perihal tentang keberuntungan itu mengingatkannya pada nasibnya saat ini. Diusir dari rumah apakah cukup beruntung?

Yah setidaknya sekarang ia sudah punya tempat tinggal baru di apartemen Azure yang dimiliki oleh Clark.

Ah Clark-san ya? Entah kenapa aura-auranya tampak familiar...

Scarlett lalu menoleh pada Vanessa. "Ngomong-ngomong Clark-san itu orangnya seperti apa sih? Beneran mesum?" tanyanya polos pada Vanessa.

" Itu Karena usaha ayahmu semakin maju sehingga ayahmu merasa mereka tidak pantas bagimu. Dan kebetulan aku adalah calon yang dianggap pantas." ucap Ryu kepadanya . Gadis yang menarik ia bisa membuat Ryu bicara panjang lebar.

" Tidak juga,kau cukup menarik. Setidaknya tidak seperti nona besar. " Jawab Ryu blak-blakan namun tetap dengan nada datar.

Scarlett kembali menoleh pada Ryu. Sebenarnya ia agak segan pada Ryu sejak cowok itu tidak menyukai dirinya. Ia pun menjadi kaku dan salah tingkah.

"Ah.. begitu ya, Ryu-san.." jawabnya kaku. "Memang seharusnya kau menolak aku.. Ng.. etto.."

Scarlett menjadi takut. Dadanya tiba-tiba saja sesak. Ia takut berkata yang membuat Ryu semakin tak menyukainya. Ia tak ingin dan tak suka dibenci.

"..Terima kasih.. Tapi aku.." ucapnya ragu.

Kyaa aku harus bilang apa? Harus ngomong apa?

Apa saja bodoh! Katakan saja apa yang ada di pikiranmu!

Tapi.. Bagaimana kalau..

Katakan saja Idiot!!

Scarlett menunduk. Bahunya bergetar dan wajahnya memerah. "Ano.."

Scarlett terdiam sejenak.

"Ryu-san tak membenciku kan? Maksudku.. Me-membenci Scarlett?" tanyanya takut.

Ternyata kepribadian gadis itu sudah berubah lagi. " Tidak juga. " Jawab Ryu datar. Dalam kamusnya ia tidak akan membenci seseorang kecuali orang itu berani mengganggunya .

WAT?!

Vanessa memang tidak salah dengar. Scarlett memang bertanya tentang Clark. Namun, meskipun ditanya, Vanessa hanya bisa garuk-garuk kepala.

setelah menarik napas sejenak, dia berkata. "ya! Clark memang BEERBAHAYA. karena itu..jangan terlalu dekat dengannya..hehehe.." katanya

jangan terlalu dekat, demi kebaikanmu ...loh kok jadi gini?

segera, Vanessa menjedukkan kepalanya ke tembok. "adaw...sakit...."

Scarlett terdiam sejenak. Mendengar kata-kata Ryu yang berkata bahwa cowok itu tidak marah padanya, entah kenapa, Scarlett merasa sangaat senang. Wajahnya yang awalnya murung tiba-tiba berubah menjadi tersenyum lebar.

"Ma-Makasih ya!" ucapnya girang. Ia lalu memegang tangan kanan Ryu dengan antusias.

"Aku akan jadi teman terbaik bagimu! Dan kau juga.. Jangan pernah membenciku!" serunya, wajahnya sedikit memerah.

Sadar telah memegang tangan Ryu tiba-tiba, Scarlett menjauh dari Ryu dengan muka memerah. Ia tidak mengerti mengapa ia bisa bertingkah seperti itu.

Kenapa.. Aku tadi.. Ah, aku jadi malu!!

*Deg-Deg-Deg*

Untuk menghilangkan rasa malunya, ia menoleh pada Vanessa dan mengobrol dengannya. Topik awalnya tentang apa? Oh, tentang Clark!

"Hhe? Separah itukah? Tapi wajahnya keliatan seperti orang yang baik kok?" tanyanya heran, sekaligus menyembunyikan rasa malunya pada Ryu. Sesungguhnya jantungnya pun saat ini berdebar kencang.

'Siapa yang bilang Clark itu berbahaya? Dia itu manis sekali tahu!" Clara memandang Vanessa dengan sinis.

"Clark itu baik!" Clara bersikeras dengan pendapatnya. "Ah! Maaf! Aku Clara Violete... mewakili Clark untuk menjelaskan apartemen ini... karena sepertinya nona Vanessa belum menjelaskannya. Mari kita mulai dari kamar tidur ini." Clara mulai mengeluarkan Kharismanya. Dia juga bergerak seperti seorang model. Tentu saja dia seorang model kelas dunia...

Scarlett menjadi bingung. Tiba-tiba saja dua orang cewek di dekatnya berbicara yang sangat bertolak belakang mengenai satu hal. Ia sendiri jadi tak tahu harus ngomong apa.

"Oh.. Oh iya, hajimemashite. Aku Scarlett Envy Siegfierd. Panggil saja aku Scarlett Clara-san!" responnya sambil tak lupa melakukan ojigi.

Ia lalu hanya terdiam menatap Clara, menunggu dan memilih untuk mendengarkan saja apa yang akan gadis cantik itu jelaskan padanya.

"... Ya . Sama-sama."Benar-benar gadis yang aneh namun menarik. Ia bisa merubah ekspresinya dalam waktu singkat dari yang tadinya merasa ketakutan bisa menjadi begitu senang hanya dengan ucapan Ryu yang berkata bahwa ia tidak membencinya.

Ryu kemudian tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah persis seperti raut wajah anak kecil yang masih imut, mungkin bisa dikatakan ini hari keburunungan bagi gadis-gadis yang menyukainya karena mungkin momen ini termasuk momen yang langka karena Ryu sangat jarang tersenyum ataupun tertawa. Dan gadis ini bisa membuatnya tersenyum padahal mereka baru bertemu.


an sangat jarang

Ketika Scarlett masih menaruh perhatian pada Clara untuk menyampaikan-apapun itu-penjelesannya. Entah ini keberuntungan atau bukan, Scarlett sekilas melihat Ryu yang tersenyum padanya...padanya?!

Wajah Scarlett tiba-tiba saja memerah. Ia segera memalingkan wajahnya membelakangi Ryu. Jantungnya juga berdebar sangat kencang, entah kenapa. Dan ini benar-benar membuatnya merasa sesak. Ia memegang sejenak dadanya untuk mengatur nafasnya.

Uwaa aku kenapa?? Ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar-debar begini?! serunya dalam hati, agak sedikit terburu-buru.

Fal berdiri di depan pintu kamar apartment yang sedang dilihatnya sekarang.

Dan sepertinya di sana ada penghuni baru, dan Fal tau, dia harus menyapanya, demi menjaga hubungan antara sesama tetangga.

Fal juga membawa roti Perancis buatannya, Pan de Algue. Lagi-lagi menyapa orang dengan memberikannya roti, sudah kesekian kalinya Fal melakukan itu.

"Hhh... kira-kira pemilik apartment ini seperti apa ya...," Fal bergumam, dan ekspresinya datar, seperti biasanya.

merasa tidak dibutuhkan lagi, Vanessa berusaha untuk menyelinap kabur dari sana. apalagi setelah Clara -sang tunangan Clark- (seingat Vaness, ini kesalahpahamannya) mendelik tajam padanya.

"ah...lebih baik aku kabur saja..." gumamnya sambil mengendap-endap keluar. berharap tiada seorangpun yang menyadari usahanya untuk kabur.

Wajah Scarlett masih memerah ketika ia melihat Vanessa akan keluar dari kamarnya. Karena merasa tidak enak, Scarlett berlari mengejarnya. Ketika hampir saja akan mendekati Vanessa, Scarlett yang tidak jago olahraga ini tersandung oleh karpet yang agak sedikit melipat dan ia terjatuh tepat mengenai punggung Vanessa.

"Ouch!"

Alhasil, Scarlett terjatuh, ia tepat menubruk punggung Vanessa. "Ittai~" keluhnya kesakitan. Ia pun terjatuh tepat menghadap jalan keluar dari pintu kamarnya dan ia melihat kedua kaki seseorang yang ia tak kenal. Ia pun menengadahkan wajahnya untuk melihat ke atas.

Ia melihat seorang pria yang tampak berdiri di depan pintunya. Namun scarlett sama sekali tak mengenali wajah pria itu. "Kau siapa?"

Namun, akhirnya ia menyadari juga bahwa ia masih berada di atas Vanessa. Ia pun segera bangkit berdiri dan berkali-kali melakukan ojigi pada gadis itu. "Maaf, Vaness-san! Maaf aku tak sengaja! Sekali lagi maaf!!!!" serunya panik.

sedikit lagi, Vanessa meninggalkan ruangan itu sampai...

BRUGHH

Scarlett dengan sukses menimpa Vanessa yang berusaha kabur. dan sialnya, kepalanya yang jatuh duluan. sakit.sakit. kepala Vanessa sakit sekali. "adaw..."

vaness tidak bisa mengenali sekitarnya dan..pingsan dengan sukses.