[Main RP] Chapitre 2 : Love Season

Quote :

"silahkan.....um...ryu knapa?"

"Tampaknya penyakitnya kambuh..." Jelas Will sambil masuk ke kamar dan membaringkan Indira di ranjang. Tak lupa ia menyelimuti Indira dengan selimut, lalu dengan perlahan menutup pintu dan kembali ke ruang tengah.

Di sana tampaknya ada Garrant dan seorang lagi.

"Hem... Tampaknya aku sudah mengganggu..." Ia merasa tidak enak, apalagi melihat Seiren sudah menyuguhinya teh.

"Tidak usah, terima kasih." Tolak Will halus. "Aku akan kembali ke apartemenku saja."

tak dapat dipungkiri, ia lelah sekali hari ini.

"Ah...minum dulu...um....yang itu...namanya aile..penghuni baru.."jelas seiren

"Duduk dulu saja, Will... aku tahu lelahnya jadi dokter." kata Shawn ringan sambil tersenyum.

"Lagipula sudah ditawarkan... lebih baik tidak ditolak..." lanjutnya lagi.

Quote :

"Ah...minum dulu...um....yang itu...namanya aile..penghuni baru.."

Rasanya tidak enak juga, suda disuguhi begini...

"Baiklah..." Will menerima gelas itu dari Seiren dan meminum isinya. "Oh ya, hai Aile..." Sapanya pada sang penghuni baru. Kesibukannya selama ini membuatnya tidak memerhatikan para penghuni yang lain. "Maaf baru bisa berkenalan sekarang, aku William, panggil saja Will." Ujar Will ramah.

Quote :

"Duduk dulu saja, Will... aku tahu lelahnya jadi dokter."

Will membalas senyum Garrant, meski sambil sedikit meringis. "Ya, tapi maaf, aku tidak bisa berlama-lama..." Ujar Will lagi sambil menaruh gelasnya yang sudah kosong.

"Terima kasih atas tawarannya, tapi lebih baik aku kembali ke kamarku." Ujar Will sopan.

"Permisi... Terima kasih untuk tehnya." Pamitnya sambil berjalan ke luar apartemen.

Lokasi: taman

Scarlett menatap langit dengan pandangan kosong. Langit biru dan awan putih yang indah tampak kelabu di kedua mata violetnya. Ia saat ini sedang duduk di salah satu kursi taman, menatap langit, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.

Suara nyaring sirine ambulans masih terngiang-ngiang di pikirannya. Membuatnya gemetar. Ia memeluk dirinya sendiri dengan gemetaran, peluh pucat mengalir di ujung wajahnya.

Ia benar-benar mengkhawatirkan Ryu, bahkan walaupun Will telah membawanya ke rumah sakit memakai mobil ambulans. Lelaki yang paling dicintai sakit parah? Siapa wanita yang sama sekali tidak cemas coba?

"I hope Ryu-kun will be alright soon..!!"

Tak lama kemudian pandangannya teralih ketika melihat Will yang sudah kembali dari rumah sakit. Ia hendak bertanya, namun sang dokter malah berlari menuju gym tanpa sempat menoleh sedikit pun. Scarlett pun memutuskan untuk menunggu, sampai ia melihat Will menggotong Indira di punggungnya, menuju lantai 2 apartemen.

Lokasi: lantai 2, kamar Seiren

Scarlett yang mengikuti Will akhirnya tiba juga di depan pintu kamar Seiren, salah seorang penghuni. Ia pun lalu segera mengetuk dan membuka kenop pintu kamar tersebut. "Ano.. sumimasen.. Seiren-chan? Will-sensei? Antatachi wa kono heya no naka ni iru no ka? Apa kalian ada di dalam?" tanyanya sopan.

Seiren mendengar suara di luar,Seperti suara Scarlett

"Ya.....kami di dalam...."Seiren mebuka pintu. benar. Scarlett

"Ayo masuk"Seiren tersenyum

Gadis itu lalu menyuguhkan minum untuk Scarlett

"Ayo diminum"

Mendengar Seiren yang menyahut sapaannya, Scarlett pun segera masuk ke dalam dan menikmati minuman yang disuguh oleh gadis itu. Ternyata di dalamnya juga ada Shawn. Ia pun tersenyum.

Kemudian situasi menjadi canggung. "Ano.. Seiren-chan apa kabar?" tanyanya sambil memikirkan sebuah topik untuk memulai pembicaraan. "Ba-Bagaimana hubunganmu dengan Shawn-san? Berjalan lancar?"

"genki desu...anata?"tanya seiren dengan senyum

"Ah...aku dan paman garant ya?um...yah...biasa ...saja......"jawabnya sambil tersenyum
"Scarlett-chii da ryu-kun?"tanya Seiren balik.

Seiren pun menyuguhkan beberapa makanan kecil untuk di makan.

"Ayo..di makan ya.."

Scarlett pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis, sudah lama ia tidak mengobrol langsung dengan orang Jepang asli sejak pindah ke apartemen Azure. "Atashi mo genki da! Nihonjin to hanasu koto ga ohisashiburi to omou ne! Hontou ni ureshii yo! (sudah lama nggak berbicara dengan orang Jepang! Senangnya!)"

Ia lalu menjawab pertanyaan Seiren selanjutnya dengan wajah yang memerah. "Etto... Atashi to Ryu-kun ne?" Ia terdiam sejenak.

"Yah.. kau tahu.. aku senang akhirnya perasaanku selama ini padanya akhirnya terbalas juga. Sekarang ini dia sedang di rumah sakit karena penyakitnya yang kambuh... Aku benar-benar sangat cemas! Semoga saja Ryu-kun baik-baik saja.."

Kemudian Seiren menawarinya makan, setelah berterimakasih, ia kembali melanjutkan ceritanya. "Tapi kau tahu, padahal aku tahu bahwa sekarang kami telah berpacaran dan ia bilang 'cinta' padaku. Masalahnya, entah kenapa aku masih merasa ragu... Kau tahu kira-kira kenapa aku bisa merasa seperti itu?"

Ia mengambil nafas sejenak. "Itu cukup menganggu, as you may know..."

Seiren mendengar Cerita Scarlett dengan seksama

"Ragu...?aku..juga.....kadang sih...."ujarnya tanpa mempedulikan Shawn

"Apa kau ragu,karena kau takut hanya akan dianggap pengganti oleh ryu-kun?"tanya Seiren langsung. Ia menatap mata violet Scarlett dalam-dalam

Scarlett menatap balik Seiren. Ia kemudian menunduk sejenak, memegang dadanya erat, lalu kembali menatap Seiren dengan wajah yang agak sedih.

"Mungkin..." jawabnya pelan. "Kau tahu, ketika aku memintanya menciumku sebagai bukti bahwa dia benar-benar mencintaiku, dia menolaknya, dan hanya memberikan kecupan pendek di dahi. Sejak saat itu aku mulai merasakan keraguan itu, Seiren-chan..."

"Bagaimana menurutmu? Apa yan harus kulakukan?" tanyanya lagi.

Seiren berpikir

"Mungkin dia belum bisa melupakan sepenuhnya. namun kau harus yakin dan tahan..."

"Ryu." kata Shawn pelan.

"Pengganti...? Ah..." gumamnya pelan.

Ia tahu kalau Ryu juga kehilangan orang pertama yang dikasihinya, sama seperti dirinya, dan Ryu, kehilangan orang itu dalam jangka waktu dekat, tidak selama dirinya. Shawn tidak berani mengambil keputusan mengenai haruskah ia mengatakan pada Scarlett kalau nasibnya ditangan Ryu tergantung jalan yang Ryu pilih, terpaku di masa lalu dan terus mengingat kekasihnya seperti Shawn dulu, atau melanjutkan hidupnya demi kebahagiaan kekasih pertamanya di surga seperti Shawn sekarang.

Butuh waktu lama untuk mencapai yang kedua, kebanyakan orang berhenti di yang pertama, jadi, Shawn tidak berani mengatakan hal tersebut.

"dan kurasa akupun pengganti"seringai gadis itu

"Ayo...dimakan....dan minum!"katanya

Mulut Scarlett hanya ternganga mendengar jawaban Seiren dan respon Shawn. Ia kemudian menutup kembali mulutnya, terdiam sejenak ketika air mata menetes membasahi pipinya.

"Demo.. kalian tahu kan Ryu-kun orangnya seperti apa.. Hatiku sering disakiti olehnya sehingga kadang aku lelah menghadapinya. Jika Seiren-chan menyuruhku untuk terus tabah, aku tak tahu sampai kapan hatiku ini akan bertahan..!!" keluhnya, sambil mengambil cemilan yang dihidangkan Seiren dan memakannya. Air matanya masih mengalir.

Seiren mulai prihatin dengan Scarlett. Ia menghapus air mata gadis itu dengan saputangan.

"seorang lady nggak boleh menangis...Dia mungkin punya alsan...Scarlett-chii.."

"Bukan." kata Shawn tajam pada Seiren.

"Aku sudah bilang, kau dan dia orang yang sangat berbeda, tidak ada yang bisa jadi pengganti dia, begitupun dengan kau, tidak ada yang bisa menggantikanmu." kata Shawn tajam.

"Dulu, saat aku baru kehilangan dia, aku benar-benar terpukul, tidak peduli apapun, dan merasa kalau mati itu lebih baik. Mirip sekali, dengan keadaan Ryu sekarang."

"Sekarang, aku sudah mengerti, kalau aku begitu terus, aku hanya membuang-buang sisa hidupku. Aku tidak boleh diam di tempat, aku harus terus bergerak, atau aku akan tertinggal."

"Untuk mencapai keadaan sepertiku sekarang dari aku yang dulu, butuh waktu, dan, pemikiranku pun harus kubuat se-positif mungkin, harus kubuat diriku sadar, kalau dia yang ada di atas sana pun akan sedih kalau melihatku seperti ini, begitu juga dengan teman-temanku, selama aku hanya terus bersedih, aku hanya menyulitkan mereka saja..."

"Dan kau, Seiren, kau bukanlah pengganti, kau adalah Seiren, kekasihku, tak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku..."

"Scarlett... kalau kau percaya, dan yakin... zutto matsu n da! kare wo matsu n da! Tunggulah dia..." kata Shawn pelan, dengan suara dalam.

"jangan dengarkan paman....dia tu gombal..."jawab Seiren sedikit tersipu

"itu benar..ganbatte yo!"

Scarlett pun menghapus air matanya. Ia lalu menatap Seiren dan Shawn bergantian. "Un! Arigatou! Zettai ganbaru yo!" ucapnya pada Seiren.

Ia lalu balik menatap Shawn. "Matsu tte anta wa atashi ni matte kudasun darou ka? (yg dimaksud 'tunggu' itu kamu menyuruhku menunggu?)" Scarlett pun tersenyum miris.

"Aku harap aku bisa.. dan aku juga berharap agar Ryu bisa seperti dirimu Shawn-san.. Walau aku tak begitu mengerti apa yang kau katakan tadi." lanjutnya.

"you can do it,Scarlett-chii..aku percaya.."ujarnya riang,dan mengedipkan mata

"Hai! Kare wo matsu n da! Kalau kau galau, ingatlah sebuah mantra agar kau bangkit... Pasti bisa!" kata Shawn menyemangati Scarlett.

"Aku juga yakin, kalau Ryu nanti akan bisa melepaskan masa lalu, dan menuju masa depan yang lebih cerah!"

Scarlett tersenyum riang dan memeluk Seiren. "Arigatou! I'll try my very best then!" balasnya. Saat ini ia tumbuh menjadi mengagumi Seiren, karena walaupun gadis itu juga mengalami hal yang sama seperti dirinya, ia masih bisa tegar.

Kau harus mencontohnya, Scarlett no baka! ucap seseorang di pikirannya, yang tak lain tak bukan adalah Envy, kepribadian keduanya.

Bukan cuma aku, tapi kita!

Kemudian Scarlett menatap Shawn dan berterima kasih pada pria itu. "Arigatou Shawn-san! Aku tak tahu kalau kau bisa bahasa Jepang." komentarnya.

Setelah itu ia pun kembali pada Seiren. "Nee Sei-chan, kalau ada yang mengganjal di hati atau pikiranmu, ceritakan saja padaku! Dengan senang hati aku akan mendengarnya!" tawarnya sebagai balas budi.

"....menurutmu aku harus mengorbankan nyawa nggak?"tanya gadis itu asal. ia teringat pada surat terkutuknya.(silahkan baca cerita sebelumnya di halaman sebelumnya-,-)

"jangan dianggap..hehe..tentu..aku akan cerita^^"

"Sou ka... hhh..." Shawn menghela nafas, lalu melihat keluar jendela.

"Subarashiki kono sekai..." gumamnya pelan.

Kedua mata violet Scarlett terbelalak mendengar pertanyaan Seiren. "Etto kalau Sei-chan ingin mengakhiri dosa sih tak apa. Tapi pasti orang-orang terdekatmu pasti akan merasa sangat sedih.." jawabnya apa adanya.

"Memangnya ada apa sih? Cerita dong Sei-chan!" pintanya memelas.