[Main RP]Chapitre 1: Luna

Scarlett menggembungkan pipinya. Sesungguhnya saat ini ia rada-rada sensi karena masih bete. "Hey, will-san menertawaiku?! Aku lagi gak bercanda! Botol itu beneran terbang melayang sendiri dan menimpaku!" serunya bete, namun masih terlihat cute.

Lalu Shawn datang dari...entah dari mana. Pria itu menyuruhnya untuk mengganti bajunya. "Nee, aku udah ganti baju dari tadi!" serunya bete, menonjolkan gigi putih kecil yang manis dan rapi miliknya.

Lalu kebeteannya memuncak ketika Ryu datang. Ia bete karena keberadaan cowok itu selalu membuatnya berdebar-debar dan sesak. Scarlett bahkan mengabaikan sapaan Ryu dengan memalingkan wajahnya membelakangi Ryu. Masih bete karena ia, sesungguhnya, merasa senang dengan keberadaan Ryu di dekatnya.

Quote :

"Hey, will-san menertawaiku?! Aku lagi gak bercanda! Botol itu beneran terbang melayang sendiri dan menimpaku!"

Will berpaling ke arah Scarlett dan nyengir. "Seumur hidupku, belum pernah aku dengar ada botol yang terbang sendiri..." kekeh Will sambil memainkan botol itu lagi dengan ujung kakinya.

Ia lalu menoleh ke arah Garet dan si-pemuda-yang-ia-belum-tahu-namanya.
"Kalian pernah melihat yang seperti ini?"

Selain menggembungkan kembali pipi meronanya, kini Scarlett mengernyitkan kedua alisnya. Kesal. Lama-lama ia menjadi sangat kesal. Semua yang ada disini benar-benar membuatnya bete dan menganggapnya seperti anak kecil yang kata-katanya tak dihiraukan oleh orang dewasa. Tapi tentu saja, Scarlett bukanlah anak kecil walaupun tingkahnya masih seperti anak kecil.

"Ukkh~ aku sama sekali gak bohong!! Aku berkata jujur!!! Tuan botol itu MEMANG melayang dan menimpaku!!" serunya tegas dengan intonasi kekanak-kanakan.

"Tapi terserah kalau mina-san masih tak percaya juga! Yang penting aku tahu bahwa aku jujur!" serunya bete setengah mati, namun tak terlalu mahir dalam melampiaskan kebetean dan kekesalannya.

Ia lalu duduk di salah satu kursi dekat yang lainnya. Memalingkan wajahnya karena merasa bete dengan seluruh penghuni apartemen azure...tidak, bukan seluruhnya...sebenarnya cuma beberapa saja sih. Tapi itu cukup untuk membuatnya berpandangan bahwa para penghuni azure, aslinya sangat menyebalkan.

Shawn diam saja mendengar ocehan Scarlett.

"...Tidak ada yang namanya Mina disini." ujar Shawn saat mendengar Scarlett mengatakan minna dengan n pendek.

"Yah... mungkin... Will... kau punya kenalan psikiatris...?" tanya Shawn pada Will.

"Mungkin anak ini butuh satu... /gg" ujarnya setengah bercanda sambil tertawa kecil.

Clark melihat ke kanan dan ke kiri. Mencari pelakunya. Tapi tidak ada. Akhirnya clark menghampiri scarlett.
"sudahlah... Mereka hanya bercanda." clark seperti melihat clara yang merajuk.

"nah, sekarang bagaimana kalau kau pilih salah satu tirai. Untuk kamar mandi dan jendela kamar?" clark menunjuk kardus yang berisi tirai.

Scarlett lagi-lagi menggerutu dengan kata-kata Shawn. Ia kembali menggembungkan pipinya. "hey 'mina' itu sama artinya dengan 'minna' tau!" tegasnya dengan intonasi kekanak-kanakan. Tentu saja apa yang ia katakan itu sangat benar.

Dan setelahnya ia jadi semakin bete, "tte, nanda yo?! Psikiatri? Hey aku tidak gila atau semacamnya?!" serunya. Kemaharannya hampir saja terlampiaskan ketika Clark datang untuk menengahi. Dengan mata yang memelas ia lalu memeluk pria itu. "arigatou Clark-san, ternyata cuma Clark-san yang mengerti aku~ mereka jahat~" serunya sambil menunjuk-nunjuk Shawn, Will, dan Ryu.

Ketika Clark menyuruhnya memilih tirai untuk jendela depan dan kamar mandi, ia tersenyum girang dan melepas pelukannya dari Clark. "ini boleh buatku?" tanyanya antusias. Bagi bangsawan-mendadak-miskin seperti Scarlett, mendapat barang gratisan tentu saja sangat membantunya.

Ia lalu segera memilih-milih dan memutuskan untuk mengambil tirai lembut berenda berwarna violet dan tangerine untuk diambilnya. "kalau begitu aku ambil dua ini!" serunya menebar pesona.

"Melihat apa ?" Tanya Ryu datar kepada pemuda yang dipanggil Will tersebut. " Apa salahku? Rasanya aku tidak pernah berbuat salah padamu." Balas Ryu dengan eksspresi datar tanpa senyum.

" Aku masih belum membutuhkan tirai. " Uca Ryu masih dengan nada datar.

Quote :

"Yah... mungkin... Will... kau punya kenalan psikiatris...? Mungkin anak ini butuh satu...

Will ikutan terkekeh, "Ah ya, ada satu kenalan ku yang..." Will berhenti ketika melihat ekspresi Scarlett. "Ah.. sudahlah Garant, jangan goda Nona kecil ini lagi." Ujarnnya sambil nyengir.

Quote :

"Melihat apa ? Apa salahku? Rasanya aku tidak pernah berbuat salah padamu."

Will menoleh, baru dia ingat nama pemuda itu.

"Ryu? Eh, tentu saja kau tidak berbuat salah padaku. Maksudku itu, apa kau pernah melihat botol saus yang melayang sendiri." Ujarnya sambil menunjuk botol saus yang masih dimainkannya dengan ujung kakinya.

Vio baru saja kembali dari studio musik, Ryu meninggalkan Vio disana sendirian. Untung saja Vio masih diberikan supir dan mobil BMW pribadi oleh papanya. Begitu turun dari mobil Vio langsung menghampiri Ryu sambil memegang biola di tangannya.

Vio kemudian mencium pipi Ryu." Ryu jahat, kenapa Ryu meningalkakku di studio?" Ucap Vio dengan manja." Ah ya, Selamat sian semuanya." Sapa Vio dengan anggun.

"siang." clark membalas sapaan vio.

"ada berita baru. Kami akan memasang ac di tiap apartemen. Besok akan dipasang. Siapa yang tidak butuh dan butuh ac, beritahu aku. Lalu, kalau kau mau, pilihlah tirai baru untuk kamar mandi dan jendela kamarmu."

"siang." clark membalas sapaan vio.

"ada berita baru. Kami akan memasang ac di tiap apartemen. Besok akan dipasang. Siapa yang tidak butuh dan butuh ac, beritahu aku. Lalu, kalau kau mau, pilihlah tirai baru untuk kamar mandi dan jendela kamarmu."

Lagi-lagi barang gratisan!

Scarlett langsung mengacungkan tangan kanannya tinggi-tinggi ketika Clark menawarkan ac untuk setiap kamar. "Aku! Aku mau ac di kamarku!"

Sang nona bangsawan-mendadak-miskin ini terlihat antusias, sepertinya semua kebetean yang tadi dirasakannya hilang seketika. Zaman sekarang mana ada barang gratisan? Semenjak Scarlett diusir dari rumah dan pergi ke Prancis, uang pemberian ibunya kini tinggal setengah lagi. Belum ia harus membayar uang hidupnya di Prancis. Uang simpanannya sebentar lagi--entah kapan pasti akan habis. Walaupun ia sudah kerja sambilan, ia harus tetap menghemat dan menge-press pengeluaran sesedikit mungkin.

Namun, muncul keraguan di hatinya, "Anoo Clark-san, kalau ditambah ac, uang sewanya tidak bertambah kan?" tanyanya cemas.

"Ah iya... aku juga akan butuh AC..." Shawn berkata pelan pada Clark.

Quote :

"Anoo Clark-san, kalau ditambah ac, uang sewanya tidak bertambah kan?"

Shawn terdiam sedikit mendengar kata-kata itu, ia sih sebenarnya tidak terlalu memperhatikan uang sewa, namun sepertinya Scarlett agak khawatir dengan masalah keuangan.

"...Scarlett... kau masih punya uang... kan...?" tanya Shawn dengan muka datar, namun dengan nada agak khawatir.

" Aku bosan menunggumu." Jawab Ryu datar. Rasanya ia ingin segera kembali mendekam di kamar dan beristirahat.

" Aku sudah memasang AC di kamarku, jadi aku tidak perlu lagi. Kau kekurangan uang?" ucap Ryu masih dengan nada yang agak datar, tapi tidak sedatar tadi.

Scarlett menatap Shawn seakan-akan ada sesuatu yang tampak mengasihinya. Ia tak tahu apakah harus berbohong atau berkata jujur. Namun Scarlett bukanlah tipe orang yang mudah berbohong.

"Etto.. Ten-tentu saja aku masih punya uang! Di tabunganku masih ada 10000 yen lagi. Aku sedang mencari kesempatan untuk menukar uang saat mata uang Yen sedang naik!" serunya berusaha girang.

Lalu Ryu juga memberikan pertanyaan yang sama padanya. Scarlett meresponnya dengan menggelengkan kepalanya. "Okay aku memang kekurangan uang untukku bertahan hidup.. Tapi kumohon jangan berikan bantuan keuangan apapun! Lagipula aku sudah bekerja sambilan untuk menambah uangku.. Aku harus mandiri. Jadi minna.. onegai, jangan mengasihaniku.." pintanya sambil menunduk dalam-dalam.

"jadi.. kalau pakai ac, uang sewanya tak bertambah kan?"

" Kalau begitu kau duet denganku dan Vio saja. Gajinya sangat besar, kalau tidak salah sekitar 10.000 Euro." Ucap Ryu datar memberikan ide. Ryu rasanya tidak tega untuk mengacuhkan Scarlett atau membiarkan Scarlett kesulitan.

" Kau setujukan Vio? " Ucap Ryu sambil melihat ke arah Vio.

"eh, itu, kenaikannya hanya 2.5 persen saja. Itu jumlah yang sedikit. Sisanya sudah ada yang membayar biaya pembelian (dalam hal ini aku)"

clark agak menyesal juga dengan berita ini.
"ada yang keberatan?" clark berharap tidak.

"eh, itu, kenaikannya hanya 2.5 persen saja. Itu jumlah yang sedikit. Sisanya sudah ada yang membayar biaya pembelian (dalam hal ini aku)"

clark agak menyesal juga dengan berita ini.
"ada yang keberatan?" clark berharap tidak.

"2,5 persen ya?" Scarlett terdiam sejenak untuk menghitung dengan cepat. "Uhmm.. lumayan juga.."

Lalu tiba-tiba Ryu menawarinya untuk berduet dengan bayaran tinggi: 10.000 euro! Kedua mata violet Scarlett berubah menjadi berkilauan dan membentuk simbol Yen besar. Ia lalu tersenyum dan memegang tangan Ryu dengan kedua tangannya. "Aku mau ikut! Please ajak aku berduet!" pintanya berbinar-binar dan memelas pada Ryu. Tak lupa dengan kedua pipinya yang juga turut memerah.

Ia lalu menatap Clark, masih menggenggan tangan Ryu dengan erat. "Aku tak keberatan! Jika aku diperbolehkan berduet dengan Ryu!" serunya. Ia bahkan melupakan bahwa Violet juga akan berduet bersamanya.

Quote :

"eh, itu, kenaikannya hanya 2.5 persen saja. Itu jumlah yang sedikit. Sisanya sudah ada yang membayar biaya pembelian (dalam hal ini aku)"

Will melirik ke arah Clark.

"Ah, untukku tidak usah...." Ujarnya. "Aku sudah membeli AC sendiri, hanya saja aku belum ada waktu untuk memasangnya, jadi tolong pasangkan saja..."

Ia lalu berpaling kearah Ryu dan Scarlett. " Duet? Duet apa?" Tanyanya.

" Tapi.... Dengan permainannya yang seperti itu aku tidak yakin ia akan diterima oleh produser. Lagipula jika ia hanya bisa bermain biola bagaimana caranya berduet? Apa kau mau bermain piano lagi?" Ucap Vio berusaha meyakinkan Ryu bahwa Scarlett tidak bisa berduet.

" Aku juga belum butuh, papa sudah memasangkan AC di kamarku. Dan untuk tirainya aku mengambil yang pink dan putih saja. Terima kasih Clark." Ucap Vio dengan anggun.

"Tentu saja." Jawab Ryu dengan nada yang datar. Ryu cukup kaget dengan apa yang dilakukan oleh Scarlett tapi ia sudah terbiasa menerima segala sesuatu yang mengagetkan , jadi Ryu bisa berpura-pura tidak kaget.

"Duet biola dan piano." Jawab Ryu singkat.

".... Bagaimana kalau kau yang bermain piano saja seperti hari ini." Jawab Ryu dengan nada yang agak murung. Ia teringat duet terakhirnya dengan Scarlett, rasanya sangat menyenangkan sekaligus menyedihkan dan menyakitakan. Menyenangkan karena ia merasa seperti berduet dengan Mary .Dan kebalikannya karena ia berarti sudah melanggar janjinya dengan Mary biarpun tanpa sengaja. Sehingga Ryu kali ini berusaha untuk tidak melakukan kesalahan dua kali.

"...Memangnya kalau main bertiga itu duet...?" tanya Shawn, mencari pembenaran.

"Hoo... kau yakin sekali kalau level Scarlett dibawahmu.. Violet..." kata Shawn pelan.

"Lagipula kalian spesialisasi sekali pada musik klasik yah... huh..." Shawn mendesah pelan dan menggaruk kepalanya.

"Mengingatkanku pada sesuatu... yang terjadi karena kecelakaan di sebuah tempat... hihihi..."

'Kecelakaan' yang Shawn maksud... adalah kejadian di sebuah tempat di Amerika... dimana ia mengisi acara tanpa sengaja dengan bermain alat musik apapun; biola, piano, dan flute; yang sempat ada di tempat tersebut... yang dikarenakan ada sebuah insiden yang tidak memungkinkan acara dijalankan seperti biasanya....

"Ahahaha...... Ah... iya... menurutku sendiri... Scarlett... kau itu seperti intan yang belum diasah... Aku yakin kau pasti bisa diterima disana." ujar Shawn pada Scarlett, namun pandangan Shawn tertuju pada Violet.

Kedua mata violet Scarlett semakin terbelalak mendengar kata persetujuan yang keluar dari mulut Ryu. Ia mengayun-ayunkan tangan Ryu yang saat ini masih dipegangnya dengan erat. Tangan yang hangat, dari seseorang yang begitu dingin.

Entah kenapa Scarlett sama sekali tak ingin melepasnya.

Namun Scarlett segera sadar akan kelakuannya ketika Envy memperingatinya. Dengan wajah yang merah dan penuh rasa salah tingkah, ia melepas tangan Ryu dan menjauhi Ryu. Ia menundukkan wajahnya karena malu.

"Go-Gomen..." ucapnya pelan dengan wajah yang seperti tomat. Namun tak lama kemudian ia memberanikan diri mengangkat wajahnya lagi. "A-Arigatou... kalau begitu... kapan aku bisa mulai kerja?" tanyanya penuh harap.

Scarlett melanjutkan kata-katanya, "Maaf...aku hanya bisa bermain biola... Karena ayahku yang mengajariku musik juga hanya bisa bermain biola..."

Ia lalu menoleh pada Clark dengan senyuman terbaiknya, karena telah mendapatkan apa yang ia inginkan. "Kalau begitu Clark-san, bisa tolong pasangkan AC di kamarku? Hhehehe~" pintanya girang.

"Nah sekarang... AC... aku ambil... Tirai juga sudah..." Shawn melihat-lihat lagi ke sekitar...

*drrt*

"...heh?"

Entah kenapa, Shawn sepertinya merasakan sedikit getaran di kakinya, di tempat terbuka itu.