[RP] Panic Picnic

Seperti inilah wajah clark sekarang =.=a

mau tidak mau clark akhirnya memeluk scarlett dengan sikap melindungi. Dia menatap vanessa dengan pandangan meminta maaf.

"ayo makan... Menangis hanya membuatmu tambah lelah."

Seperti inilah wajah clark sekarang =.=a

mau tidak mau clark akhirnya memeluk scarlett dengan sikap melindungi. Dia menatap vanessa dengan pandangan meminta maaf.

"ayo makan... Menangis hanya membuatmu tambah lelah."

dan menambah parahnya suasana antara vanessa dan clark, dia tidak memperhatikan clark lagi. dia terlalu takut untuk sakit hati. entah mengapa.

dia mengambil permennya dan memakannya. dia juga mulai mendengarkan MP4nya. ebrusaha untuk menghibur diri sendiri...menyedihkan.

"loh..." ....padahal Clark itu majikanku....kenapa aku....

oot: scarlett ma vanessa pada sakit hati gini ih, sedih... clark ma ryu hibur dong!
_____________________________________________________________________

Setelah puas menangis dalam pelukan Clark, Scarlett kemudian melepaskan diri dari pria yang sudah ia anggap sebagai ayahnya itu. Sedari tadi Clark menyuruhnya untuk makan, karena itulah ia mengangguk dan melangkah kembali ke perkumpulan. Ia duduk disitu dan mengambil bentou buatannya, serta memakannya.

"..."

Scarlett masih terlihat murung. Ia benar-bena shock pada igauan Ryu yang menyebutkan nama Mary. Siapa itu Mary? tapi kenapa pula ia harus kesal pada Ryu yang mengigau seperi itu. Secara teknis, hal itu bukan urusannya. Bahkan Envy saja sampai sempat muncul tadi.

Tapi kenapa ia sampai begini kesal dan sedih? Hatinya seperti patah saja...

"Siapa sih Mary?" keluhnya pelan. Ia lalu meneruskan makannya dengan muka cemberut. Ia tak peduli walaupun teman-temannya mengkhawatirkannya.

*shiing*

Shawn merasakan sesuatu, hawa aneh disekitar situ, ia menoleh dan melihat yang lainnya, dan melihat hawa aneh itu berasal dari dua orang gadis disana, Vanessa dan Scarlett. Ia bisa merasakan sesuatu seperti ini setelah diajari oleh instrukturnya dulu di militer.

Shawn mendekati Vanessa, yang paling dekat dengannya, dulu.

"Vanessa, kau tak apa? Aku tidak tahu apa yang kau rasakan, tidak seperti instrukturku yang hampir bisa membaca jalan pikiran orang, tapi... jangan sedih, ya?" ujar Shawn dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya.

Ia lalu bergerak menuju Scarlett.

"Hei... kau tak apa...? Kau menangis terus tadi... jangan menangis, ya? Ryu akan baik-baik saja... atau... apa kau khawatir dengan apa yang digigaukan Ryu tadi, Scarlett...?" tanya Shawn dengan lembut.

Scarlett menatap Shawn yang mendatanginya dan menanyakannya tentang kesedihannya. Ia terdiam sejenak, tadinya ia tak ingin menawab. Tapi ia tak enak pada Shawn yang sudah berbaik hati mau menghiburnya. Ia pun tersenyum miris dan menjawab pertanyaan Shawn.

"Entahlah... dua-duanya maybe...?" jawabnya singkat padat dan jelas.

Ia lalu kembali meneruskan makanannya. Masih merasa kesal dengan apa yang diucapkan Ryu saa mengigau tadi.

"Aku benci Ryu-kun..." keluhnya pelan.

"Mmm... dua-duanya ya... tapi... kenapa kau jadi membencinya...?" tanya Shawn lagi.

"Benci dan cinta itu dua hal yang mudah sekali berganti lho... Scarlett... atau setidaknya itulah yang dikatakan seseorang padaku." Shawn lalu terdiam, mengingat sesuatu.

"Atau dia bilang kalau itu didalam game...? Ah... aku lupa... maaf ya, Scarlett... tidak bisa membantumu lebih jauh..."

Scarlett hanya terdiam dan tak menjawab pertanyaan Shawn. Cinta dan benci? Apa maksudnya itu. Scarlett benar-benar tak mengerti apa yang dikatakan oleh Shawn. Ayolah, gadis lemah ini sama sekali buat akan cinta. Karena itulah ia tak mengerti.

Kemudian, ia mengambil tasnya, yang ternyata di dalamnya ada sebuah biola (?) berwarna biru muda miliknya. Ia lalu mengeluarkan biolanya dan menyetemnya hingga menghasilkan nada yang tepat.

Sambil duduk ia kemudian mempersiapkan biola di dagunya. Ia menatap sejenak biola itu. Scarlett akan memainkan lagu Spring-Sonata no.5 karya Ludwig van Beethoven. Ia kemudian menggesekkan perlahan stick biolanya dan menghasilkan suara yang lembut. Spring adalah lagu tentang cinta dan kegembiraan. Scarlett memutuskan untuk memainkan Spring sebagai penghibur sedih di hatinya.

Lalu dimulailah alunan nada 'Spring' yang dimainkan Scarlett dengan lembut dan tepat, tanpa salah sedikit pun. Namun, rasanya ada sesuatu yang kurang dari Spring yang dimainkan Scarlett. Apa itu?

Tentu saja, tak ada piano! Spring adalah lagu duet untuk violin dan piano. Tanpa iringan piano lagu Spring terasa hambar. Ya, itulah yang sedang dirasakan saat ini oleh Scarlett, hambar. Sesuai lagu Spring yang dimainkannya.

"..."

Ia tak bersuara dan tetap melanjutkan permainannya. Membuat pada penghuni Azure tetap merasa kagum walaupun permainannya terdengar hambar.

Samar-samar terdengar permainan biola yang sangat lembut. Ryu kembali teringat lagi. Ia kembali menguman nama Mary. "Mary... Mary..." Ucap Ryu lirih. Permainan biolanya sangat menyesakkan seperti benar-benar melihat Mary hidup kembali. Badan Ryu sudah mulai berkeringat, tanda bahwa panasnya sudah mulai menurun.

Terbebas dari Scarlett, Clark langsung menghampiri Vanessa dan membungkuk meminta maaf. Padahal dia tidak tahu alasan pasti kenapa dia minta maaf, tahu perasaan Vanessa saja tidak tahu.

"Vaness... bagaimana kalau kita makan lalu aku akan menemanimu kemana saja setelah ini. Bagaimana?" Clark mulai membujuk Vanessa. Dia berharap Vanessa mau.

"Eh, tahu tidak, kalau danau ini dilihat dari sebelah sana akan kelihatan lebih indah. Mau coba?" Clark menunjuk tempat yang dia mksud. Dia akan melakukan apa saja agar Vanessa tersenyum lagi.

"ng....benarkah?" kata Vanessa sambil membuka headphonenya. dai tumben bisa connect sama omongan orang lain setelah mendengarkan MP4. ternyata selama ini pikirannya tertuju pada Clark, bukan ke musik yang dia dengar.

"baiklah!" jawab Vanessa sambil tersenyum. dalam hatinya, dia merasa, kalau inilah saatnya dia menjawab pernyataan Clark.....

Oot: uwaah! Tak sabar.

"kalau begitu, ayo." clark mengandeng tangan vaness dan membawanya ke sana.

"lihat? Lebih indah dan seperti permata biru bertaburan di danau ini." clark tidak sadar dia masih menggenggam erat tangan vaness.

Oot: uwaah! Tak sabar.

"kalau begitu, ayo." clark mengandeng tangan vaness dan membawanya ke sana.

"lihat? Lebih indah dan seperti permata biru bertaburan di danau ini." clark tidak sadar dia masih menggenggam erat tangan vaness.

"ehem, dan kau meninggalkan semua orang di sana? saat kau seperti akan mengumumkan sesuatu?" Milles mengirim sms seperti itu pada Clark...

"dan... setelah ada yang tumbang, dan si yang punya hajat malah jalan sendiri begitu... kita langsung makan saja nih?"

Karena ditarik oleh clark, vanessa batal mengambil croissant di depannya. "eeeh??!" serunya ketika diseret Clark. Namun dia tidak berontak.

Ketika diperlihatkan pemandangan indah oleh clark, vanessa terpesona. "biru.....indahnya....." gumamnya. Dia baru menyadari kalau Clark menggenggam tangannya, namun vanessa tersenyum dan tetap menggenggamnya.

"aku... Tidak ingin kau menjadi pembantu di rumahku. Aku ingin kau ada di sana sebagai orang yang berarti dalam hidupku, mengurus hidupku." clark tersenyum kecil sambil melihat mata vanessa lembut.

Dagdigdugdagdigdug

jantung vanessa berdetak cepat saat clark mengatakan hal itu. Vanessa tidak bisa lepas dari pandangan Clark. Terlalu lembut, dan akhirnya vanessa merasa yakin kalau dia harus menjawabnya.

Tangan vanessa membelai pipi Clark dengan lembut. Tak lama vanessa menciumnya.

"I don't need words to answer that. I'm sure you already know the answer..nee?" bisiknya pada Clark. Lalu vanessa tersenyum dan memeluk Clark.

Wajah clark sekarang: o_o

clark diam sesaat lalu memeluk vanessa erat dan tersenyum senang.
"thank you, sweety." clark mengecup kepala vanessa.

"nah, ayo kita lanjutkan makan!" clark menggandeng tangan vanessa ke tempat yang lain berkumpul.

Wajah clark sekarang: o_o

clark diam sesaat lalu memeluk vanessa erat dan tersenyum senang.
"thank you, sweety." clark mengecup kepala vanessa.

"nah, ayo kita lanjutkan makan!" clark menggandeng tangan vanessa ke tempat yang lain berkumpul.

Vanessa mengangguk dan kembali ke meja makan. "croissant! Aku datang!" serunya sambil duduk dan mengambil sebuah croissant.

Vanessa teringat sesuatu. Dia masih belum menggambar GURITA. Nah loh?

Ryu merasakan badannya sudah mulai membaik. Ia mencoba membuka matanya dan kemudian ia bangun biarpun sulit, Ryu dapat merasakan kemejanya basah. Ryu kemudian melihat gadis berambut pirang sedang bermain biola. " Mary." ucap Ryu, namun ternyata yang bermain biola bukanlah Mary melainkan Scarlett. Ryu sedikit banyak kecewa. Ternyata ia memang tidak mungkin kembali.

"Jadi, piknik ini sebenarnya pajak jadian atau apa Clark?" Hei, kata-katamu tak sesuai dengan umurmu Milles! Ah, dia mungkin sedang ingin melupakan pekerjaannya dan menjadi muda lagi...?

Milles kemudian mulai makan...tunggu, ia berhenti...

"Clark, bisakah kau katakan sesuatu semacam pembukaan, sebelum kita mulai makan?"

"hah? Untuk apa? Kalian semua, ayo kita makan sepuasnya dan bersenang-senang!" clark mengacungkan gelasnya yang entah diisi minuman apa.

"hah? Untuk apa? Kalian semua, ayo kita makan sepuasnya dan bersenang-senang!" clark mengacungkan gelasnya yang entah diisi minuman apa.

Shawn duduk di meja makan, mengamati semuanya, dan menuang sesuatu dari botol yang diambilnya di dalam mobilnya untuk diminumnya.

Sebotol pinot gris, rupanya. Sejenis White Wine yang paling terkenal di dunia. Shawn mengisi gelasnya sedikit lalu mengocoknya.

"Ah... dunia berjalan... semua berubah... sama seperti pinot gris ini... yang diberikan padaku oleh instruktur... sekarang rasanya lebih tajam..." Shawn tersenyum merasakan atmosfir yang ada disekitarnya, atmosfir penuh kebahagiaan.

------------------------------------------------------------------------------------------
oot: dan dengan ini resmilah Luna dan Chou menjadi pasangan UNTUK KEDUA KALINYA