[Rp] Move or play?!

Lokasi : Kamar Ryu
-------------------------------
Ryu yang baru saja tiba di kamarnya langsung menaruh barang-barangnya yang hanya sedikit di kamar tidurny , ia sekarang sedang tidak mood untuk merapikan barang-barangnya yang hanya terdiri dari buku , baju , dll. Kamar di apartemen ini lumayan bagus dan rapi. Tapi sayang ukurannya cukup kecil mungkin tidak sampai 1/50 rumah Ryu yang sudah seperti istana itu. Mungkin hanya seluas kamar tidur Ryu saja. yah, tapi Ryu tidak peduli hal itu yang penting ia bisa bebas sekarang.

Ryu kemudian mengambil tas biolanya dan membawanya ke ruang tengah .Ia kemudian menaruh tas itu di meja dan membukanya setelah itu ia mengambil biola kesayangannya. Ryu kemudian menyetam biola tersebut hingga senarnya mengeluarkan bunyi yang pas. Kemudian ia memainkan sebuah lagu klasik. 'violin sonata #1 in G major, Rain Sonata op. 78, 1878–79' Gubahan franz Liszt

tok tok tok

Clark dengan ogah dan menghela nafas berat mengetuk pintu satu lagi penghuni baru di sini. Padahal dia baru saja pulang dari kampusnya. Clark mengecek data si penghuni dari PDA-nya.

"Permisi, saya Clark, Pengelola dan pemilik apartemen ini." Clark menunggu pintu kamar di buka.

Ryu tidak menghiraukan siapa orang yang sedang mengetuk pintunya. Ia hanya melanjutkan permainan biolanya. "Palingan hanya tetangga yang mau kenalan." pikir Ryu malas . Ia tidak mendegar bahwa pemilik apartemen yang mengetuk pintunya.

Bocah... Clark menutup PDAnya dan sudah tidak mau lagi menunggu. Clark mengeluarkan sebuah kunci dan membuka apartemen itu.

plok plok plok
"Permainan yang bagus. Tapi, saya juga harus menjelaskan mengenai aturan apartemen ini sebagai pemilik Azure Apartment." Clark memandang datar Ryu.

Mendenar ada yang bertepuk tangan kontan Ryu menghentikan permainannya. Ternyata orang tersebut adalah pemilik apartemen." Silahkan jelaskan peraturannya. "jawab Ryu datar. Andai dia bukan pemilik apartemen mungkin ia akan mendamprat orang itu.

Bocah ini... kuh! pikir Clark dalam hati.

"Seperti yang telah kamu lihat, di dapur ada kulkas yang siap pakai lalu kamar mandinya juga siap dipakai, tinggal memasukkan alat-alat mandi saja. Lalu gunakan air sehemat mungkin. Gas sudah siap pakai. Kalau ada yang rusak atau macet bisa hubungi aku di lantai tiga, kamar paling pojok dan ada plat Azure di depannya. Lalu buanglah sampah di tempat sampah yang ada di depan apartemen ini. Nah, buanglah sebelum jam 8 pagi dan mobil pengangkut sampah datang setiap hari senin, rabu, dan jumat. Ada pertanyaan?" Clark menutup PDA nya dan menatap Ryu.

Fal dengan ragu mengetuk pintu yang ada di depannya sekarang. Dia sebenarnya masih agak takut-takut untuk bersosialisasi. Tapi jika tidak mencoba untuk bersosialisasi, Fal mungkin akan di anggap sombong sebagai penghuni baru.

"Ano... permisi... saya orang baru di sini,"

Fal masih mengetuk pintu, sampai orang yang di dalam membukakan pintu itu.

"Boleh panggil maid kesini?" Tanya Ryu cuek.

"Siapa kamu?" Tanya Ryu agak dingin kepada orang yang baru masuk ke kamarnya itu. Ia masih tidak terbiasa menerima orang asing secara langsung.

Quote :

"Siapa kamu?"

Oh, ternyata si pemilik apartment di sini agak kurang ramah. Fal mencatat itu baik-baik di dalam ingatannya, dan benar-benar menjaga omongannya.

"M-maaf kalau memang mengganggu. Aku hanya ingin menyapa penghuni lain di sini, aku... orang baru. Maaf sekali lagi," Fal membungkukkan badannya dengan sopan, dan berpikir untuk cepat-cepat pergi, takut mengganggu penghuni apartment itu.

Orang yang sabgat-sangat aneh. Ryu hanya menanyakan namanya namun orang itu sudah tampak ketakutan.

"Siapa yang bilang kamu mengganggu?" Jawab Ryu cuek.

Quote :

"Siapa yang bilang kamu mengganggu?"

"Eh? Aku hanya mengira-ngira saja," jawab Fal tanpa ekspresi.

Fal memang orang yang aneh, mungkin karena pekerjaan tambahannya sebagai Hacker, membuatnya sedikit berbeda dengan yang lainnya. Dan agak takut-takut untuk bersosialisasi di dunia nyata. Padahal dia adalah orang yang hebat di dunia maya.

"Aku bawa roti, sekedar untuk tanda perkenalan," Fal mengeluarkan roti Perancis, Pan de Algue dari jaketnya. Terbungkus rapih sekali. Dan roti itu memang dia sendiri yang memasaknya. Selalu sempurna, dan bersikap perfeksionis pada pekerjaannya.

"Oh.. .Begitu "Jawab Ryu cuek.

Tadi dia hampir saja keluar dengan ekspresi sedikit ketakutan sekarang ekspresinya datar.Benar-benar orang yang aneh. "Terima kasih. tapi tidak perlu repot-repot". Kemudian Ryu menaruh kembali biolanya ke dalam tempatnya semula. Dan ia menutup tasnya itu dengan hati-hati.

"Maaf, tapi nam anda siapa ya?"

Quote :

"Terima kasih. tapi tidak perlu repot-repot"

Fal mengangguk-angguk saja. Sulit memperlihatkan ekspresinya lagi. Padahal dia ingin mencoba tersenyum, tetapi tetap saja. Gagal.

Quote :

"Maaf, tapi nam anda siapa ya?"

"Aku? Faldio Farand Axelle. Panggil saja Fal, untuk lebih pendeknya. Anda?" Fal balik bertanya. Dia tidak tau harus bagaimana, dan harus bertanya apa lagi setelah Ryu menjawab pertanyaannya tadi.

Fal lebih memilih untuk mengikuti alur pembicaraan Ryu saja.

"Ryunichirou , tapi cukup panggil Ryu saja." Jawab Ryu datar. Ia malas untuk memberitahu orang nama belakangnya, apalagi jika ia berada di Inggris. Rheindhardt nama keluarga bangsawan Inggris yang sudah terkenal di Inggris sebagai salah satu pemegang kendali roda ekonomi di Inggris. Biasanya orang akan langsung segan atau berusaha menjilat bila tahu apa latar belakang keluarganya.

Faldio Farand Axelle Nama yang cukup unik. Tapi sayang orang di depannya ini sikapnya terlalu canggung

Quote :

"Ryunichirou , tapi cukup panggil Ryu saja."

"Oh, baiklah, Ryu-san."

Dan Ryu tidak bertanya apa-apa pada Fal. Fal mulai memutar otaknya, memikirkan harus bertanya apa lagi pada Ryu.

Apa aku yang harus memulai pembicaraan? Pikirlah, Fal..Pikir berita yang sedang hangat di bicarakan. Eh. Tapi aku tidak pernah menonton televisi.

"Apa ada yang bisa ku bantu di sini?" akhirnya terpikirlah oleh Fal, pertanyaan bodoh, di kepalanya hanya ada itu. Membantu, dan selalu bekerja keras dengan apa yang di tagetkannya.

"Sepertinya tidak ada. Apa Kau bisa main musik?" Tanya Ryu balik kepada dia.

Suasana sekarang benar-benar canggung, Ryu tidak tahu harus bicara apa. Karena ia tidak terbiasa berbicara kepada orang lain.

Quote :

"Sepertinya tidak ada. Apa Kau bisa main musik?"

"Musik? Aku hanya bisa bermain harmonika saja. Dulu aku tidak mampu membeli alat-alat musik. Itu mahal, apalagi alat musik di Perancis," jelas Fal agak murung mengingat masa kecilnya yang hanyalah bekerja dan bekerja. Fal memang tidak mahir memainkan musik, tetapi dia hebat dalam melukis.

Lalu Fal sempat melihat Ryu yang memasukkan biolanya ke tasnya tadi, ketika dia akan masuk. Fal mulai menyimpulkan bahwa Ryu adalah orang yang hebat dalam bermain musik.

"Kau bisa bermain biola ya? Wah... hebat sekali," Fal kagum, melihat keindahan biola itu, dan dia belum pernah mendengar orang memainkan biola secara langsung. Di televisi pun dia jarang melihat acara musik.

"Oh.. Begitu. Apa hobimu ?" Ucap Ryu mencoba untuk memulai pembicaraan.

"Apakah sebegitu hebatnya?" Tanya Ryu bingung .Di tempat tinggalnya dulu setiap orang minimal menguasai 1 alat musik seperti biola , harpa maupun piano.

sementara itu, Vanessa berlari-lari mencari Clark untuk memberikan kacamata tuannya yang ketinggalan itu. dia melihatnya berada di depan Ruangan Ryu. "Tuan cla...eh salah...Claark!!!!" teriak Vanessa.

*brugh*

dia terjatuh di koridor dengan konyol. namun dia tidak menyerah dan tetap berlari mengejar tuannya itu. "Cla...uh? biola?? wa.." serunya saat melihat kotak biola Ryu. menyadari dirinya berada di wilayah asing, Vanessa memperkenalkan dirinya.

"er...halo semuanya, perkenalkan, saya Vanessa." katanya sambil tersenyum ramah.

"Memanggil boleh, tapi jangan tinggal. Sebenarnya kamu juga bisa minta tolong penjaga cafetaria untuk membantumu." Clark sendiri punya maid, tapi tidak dia sebutkan.

"Ah... terima kasih vaness..." Clark mengambil kacamatanya. "Terima kasih sudah menemukannya."

Vanessa berbinar-binar dipanggil 'Vaness' oleh Clark. Soalnya Vanessa selalu dipanggil begitu oleh orang terdekatnya. Kesimpulanya, dia senang karena Clark mau akrab dengannya.

"iya...sama-sama" katanya sambil tersenyum.

Vanessa melihat biola Ryu. "er....anoo...itu...biola itu siapa yang memainkannya?"tanyanya sambil memainkan jarinya. "aku sangat suka biola! Meskipun aku hanya bisa memainkan piano..."

Datang lagi seseorang yang aneh, tapi kali ini sifatanya berlawanan dengan sifat Fal. " Bagaimana dengan makanannya? Apakah disini menyediakan makanan setiap hari?" Tanya Ryu. Ryu sama sekali belum pernah menyentuh alat-alat masak bahkan di rumahnya dulu ia belum pernah masuk ke dapur. Makanannya biasa sudah tersaji di meja makan.

"Aku. Terus kenapa?" Jawab Ryu datar

Seorang anak kecil memainkan biola. Vanessa makin kagum saja dengan anak kecil itu. "bolehkah aku mendengar permainan biolamu? Boleeh? Please?" pintanya.

"ngomong-ngomong, aku belum tahu siapa namamu..boleh aku tahu?"

"Makanan di sini fresh... akan langsung dimasak oleh bibi Catarina setelah kau memesannya. Tapi, tak ada salahnya juga kan kalau kau juga menyediakan makanan di kulkasmu. Yang praktis-praktis. Di sini kita dituntut hidup mandiri." Clark menjawab pertanyaan dengan santai.

"Nah, ada pertanyaan lagi?" Clark melihat arlojinya.

"Oh, begitu . Sudah itu saja.Terima kasih atas bantuannya." Jawab Ryu cuek kepada pemilik apartemen tersebut.

"Kalau aku sudah memainkan apa yang akan kau lakukan?" Jawab Ryu seenaknya. "Namaku Ryu."