[event] the number 6 couple

Indira turun agak tergesa2 dari mobil. Mereka terlambat 5 menit. Indira terlalu lama berdandan ditambah membetulkan pakaian will.

saat mereka sampai, pembawa acara baru saja naik ke panggung. Alangkah kagetnya mereka saat tahu mereka jadi peserta dance battle no. 6. Mereka akan tampil kurang lebih 2 jam lagi.

"bagaimana ini will?!" indira terlihat panik.

oot: ngobrol atau makan2 saja dulu sampai ada yg nyuruh tampil.

Kesiangan membuat Will berkendara layaknya mendapat panggilan untuk mengoprasi orang yang mengalami pendarahan jantung.

Hebatnya lagi, Indira tidak memprotes kali ini. Great.

Mereka tiba tepat waktu. Well, lima menit lebih cepat.

MC baru saja naik dan mengumumkan urutan tampil bagi para pasangan.

No 6.

Quote :

"bagaimana ini will?!"

Will tersenyum menenangkan. "Tenanglah Princess." Ujarnya sambil menepuk-nepuk kepala Indira. "Bagaimana kalau kita duduk dulu?" Ajaknya.

"eh, uh... Oke." indira cukup tenang sekarang. Dia mengambil segelas minuman dari pelayan yang lewat. Red wine terbaik. Tapi, indira mengurungkan niatnya karena mereka akan berdansa.
"will kuat minum kan? Ambil ini saja. Aku salah ambil minuman..." alih2 menyerahkannya pada will, indira mengambil sepotong kue lalu memakannya.

"uh, aku masih gugup... Apa harusnya aku memakai gaun yg lebih pendek ya? Uh..." indira menggigit bibirnya.

Will duduk dan menatap sekeliling. Ballroom yang Indah.

Quote :

"will kuat minum kan? Ambil ini saja. Aku salah ambil minuman..."

"Sure," ujar Will, tapi ia hanya memerhatikan Indira mencomot sepotong kue.

Quote :

"uh, aku masih gugup... Apa harusnya aku memakai gaun yg lebih pendek ya? Uh..."

Will menepuk pelan kepala Indira. "Tenanglah Princess." Kekehnya. "Tidak ada yang salah dengan penampilanmu, kau cukup berusaha untuk tenang." Sarannya.

Walaupun sudah dikatai begitu oleh will, indira tetap gugup. Terlalu banyak yg dikhawatirkannya. Dia mengetuk2 kursi dan gesturnya tidak nyaman.
"uh... Mungkin ada taman di sini? Untuk mencari udara segar? Uh... Apa yg harus kulakukan?"

Quote :

"uh... Mungkin ada taman di sini? Untuk mencari udara segar? Uh... Apa yg harus kulakukan?"

Will menahan tawa melihat tingkah Indira. "Baiklah Princess, kita akan mencari udara segar diluar." Ujarnya sambil menawarkan lengannya ke Indira.

"Taman seperti apa yang kau inginkan? Taman dengan bunga atau taman dengan air mancur?" Goda Wil.

Indira menerima uluran tangan Will dan beranjak dari tempat duduknya.

"Taman seperti apapun boleh, asal jangan di sini..." Indira menggenggam tangan Will dengan erat dan sedikit gemetaran. Dia ini sedang tidak tahu harus melakukan apa.

Bahkan, dia yang biasanya lebih telaten, kini hampir jatuh karena menginjak ujung gaunnya sendiri.

Quote :

"Taman seperti apapun boleh, asal jangan di sini..."

"Baiklah..." Will jadi tidak tega tertawa melihat Indira yang benar-benar gugup.

Baru beberapa langkah Indira tersandung karena menginjak ujung gannya sendiri.

"Hati-hati Princess!" Dengan cepat Will menangkap pinggang Indira sebelum gadis itu jatuh mencium lantai. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Will khawatir.

Quote :

"Hati-hati Princess!" Dengan cepat Will menangkap pinggang Indira sebelum gadis itu jatuh mencium lantai. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Will khawatir.

"Terima kasih.... dan aku kurang baik-baik saja sekarang..." Indira merasa nafasnya agak sesak sekarang, tapi dia berusaha untuk bernafas secara normal dan cukup berhasil. "Aku... sangat gugup... Will..."

dan mereka pun sampai di sebuah taman. Indira memilih untuk duduk di salah satu bangku taman. Sayangnya... suhu di sini lebih dingin daripada suhu di dalam ruangan. Indira sekarang tidak bisa mengatur nafasnya dengan benar. Dia agak sesak. Asthma-nya kambuh lagi setelah sekian tahun tidak pernah kambuh. Indira berdoa dan berharap dalam hati.
"Tidak sekarang... tolong... jangan kambuh sekarang..."

OOT: here it comes problem!

OOte : Untungnya dia kencan sama dokter ya, bukan tukang sedot WC =w=
-gak nyambung-

*shoot*

---

Quote :

"Terima kasih.... dan aku kurang baik-baik saja sekarang... Aku... sangat gugup... Will..."

"Terlihat kok." Goda Will, tapi nada suara dan matanya tetap mengamati Indira dengan cemas.

Rasanya ada sesuatu yang tidak beres.

Meraka sampai di taman dan duduk di salah satu bangku taman. Tangan Indira yang berada dalam genggaman Will rasanya makin dingin.

"Kau tak apa?" Tanya Will khawatir. Ia lalu melepas Long coat yang dikenakannya dan menyampirkannya dibahu Indira. Ada satu dugaan dikepalanya, tapi ia berharap agar dugaannya itu salah.

Indira tidak bisa menjawab hanya bisa diam, dia bersandar di kursi taman dan memejamkan matanya. Dia masih mengutuk penyakit yang kambuh itu. Apalagi dia tidak membawa obatnya. Cepat atau lambat, Will pasti tahu karena nafasnya sudah tidak normal.

"oh god! Please! tunggu setidaknya sampai acara ini selesai..."

Indira tidak menjawab dan Will cukup berpengalaman untuk mengenali gejala penyakit ini.

Sesuatu yang sudah dapat diduganya sebenarnya. Will menghela nafas, "permisi Princess." Ujarnya pelan, lalu ia membopong Indira kembali ke dalam Ballroom dan mendudukkannya dikursi.

Setidaknya ia harus dibawa dulu ke ruangan yang hangat. Will lalu mendudukkan Indira di salah satu kursi yang kosong.

"Nah, tarik nafas dalam-dalam.." Perintah Will sambil membantu Indira duduk tegak.

Semoga ini bukan serangan asthma kronis.

Indira menarik nafas dalam-dalam selama beberapa kali dan berusaha untuk lebih tenang dan menghangatkan diri... lama kelamaan nafasnya mulai kembali normal.

"Terima kasih... maaf membuatmu repot... seharusnya ini tidak kambuh lagi... sudah agak lama sejak aku terakhir kali kambuh. mungkin karena di sini sangat dingin dan ditambah aku yang sedang gugup." Indira agak menunduk malu. Berapa kali dia merepotkan Will?

Will mendengarkan tarikan nafas Indira sambil menghitung pelan. Perlahan nafasnya mulai teratur.

"Sudah tak apa kan?" Ujarnya lembut sambil menepuk pelan pipi Indira. "Kau membuatku kaget.

Quote :

"Terima kasih... maaf membuatmu repot... seharusnya ini tidak kambuh lagi... sudah agak lama sejak aku terakhir kali kambuh. mungkin karena di sini sangat dingin dan ditambah aku yang sedang gugup."

"Itu wajar dan bukan sesuatu yang merepotkan." Jawab Will enteng sambil duduk di kursi dihadapan Indira. "Jadi jangan terlalu dipermasalahkan." tambahnya sambil tersenyum.

"mungkin aku baru merepotkan kalau ada meteor jatuh mengenai kepalaku." indira bercanda dan tersenyum. "ternyata aku bisa membuatmu kaget."

indira lalu melihat telapak tanganmya yg menjadi putih karena dingin. Benar2 sedingin es. Dia menggosok2 tangannya tapi usahanya tidak berhasil.

"ayolah jadi hangat." indira bergumam.

Quote :

"mungkin aku baru merepotkan kalau ada meteor jatuh mengenai kepalaku."

Will mengangguk setuju. "Atau kau tidak sengaja terjatuh dari tebing atau dari dua baris tangga dan akhirnya menghantam jendela." Will menggoda.

Quote :

"ternyata aku bisa membuatmu kaget."

Will hanya bisa meringis.

Bagaimana dia tidak kaget? Dengan semua Deja vu itu. Kapan ia tahu kalau kali ini bukan Deja vu juga?

Quote :

"ayolah jadi hangat."

Will mengamati indira menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

"Hmm..." Will lalu meraih kedua telapak tangan Indira dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.

"Wah, tanganmu dingin sekali... Apa kau baru saja membenamkannya di salju?"

Indira tertawa lembut mendengar semua perkataan will. Lalu tawa itu berubah jadi senyuman saat will menggenggam tangannya.

"maaf saja, mungkin tanganku dingin saat menunggumi di parkiran. Tanganku sepertinya menyerap dinginnya wina." ujar indira.
"hangat..." bukan hanya tangan, tapi juga tubuhnya yg hangat. Pipi indira memerah. Karena? Mungkin karena will menggenggamnya.

Kencana Shiroi sedang asyik berjalan-jalan di taman sendirian. Mumpung partenrnya belum datang dan dia belum dapat giliran dansa, mending berjalan-jalan. Udara malam benar-benar dingin. Untung dia mengenakan jaket.

Dari kejauhan dia melihat sosok Indira dan parternya... mungkin? Dia menghampiri mereka.

"Halo, Indira. Masih ingat denganku? Aku Kencana Shiroi, penghuni Azure juga," katanya. Siapa tahu Indira lupa. Mereka jarang bertemu.

"Sedang apa di sini? Tidak ikut pesta dansa? Eh..." Kencana menoleh ke pemuda di sebelah Indira. "Anda partenrnya Indira, ya?"

Kaget mendengar kencana menyapanya, indira langsung melepaskan genggamannya dari tangan will.
"oh, hai! Tentu aku ingat." indira langsung berdiri dan tersenyum.

"ini dokter william bowman! Dia tinggal di sebelah kamarku di azure. Dia pasanganku malam ini." ujar indira.

"kau juga ikut dansa ini? Aku giliran ke enam." indira senang ada juga yg ikut. "siapa pasanganmu?"

"Hmmm..." Will hanya bergumam kecil. Pikirannya sedikit teralih.

Ia baru tersadar lagi setelah tangan Indira tidak lagi berada dalam genggamannya. "Eh?" Will mengerjap bingung.

Inilah akibat melamun.

Quote :

"Anda partenrnya Indira, ya?"

Will menoleh. Aah... Dia kenal gadis ini. Salah satu penghuni apartemen dan tampaknya peserta lomba dansa ini juga.

Quote :

"ini dokter william bowman! Dia tinggal di sebelah kamarku di azure. Dia pasanganku malam ini."

Will mendengar Indira memperkenalkan dirinya. "Panggil saja Will, Nona Kencana, kan?"Sapanya ramah. "Nice to meet you."

Kencana tersenyum menanggapi Will.

"Nice to meet you too."

Quote :

"siapa pasanganmu?"

"Kyle. Tapi sepertinya ia belum datang," jawab Kencana.

Kencana melihat mereka berdua bergantian dan timbul jahilnya.

"Ngomong-ngomong, kalian tadi mesra sekali bergandengan tangan. Apakah kalian pacaran?" tanyanya.

Siapa tahu tepat sasaran.

Will tersenyum mendengar pertanyaan Kencana.

"Entahlah~" Sahut Will santai sambil melirik Indira jahil. "Sebenarnya aku tidak keberatan, berharap mungkin..." Lanjutnya, nadanya menggoda.

"Tapi itu semua terserah Indira." Tandasnya. Tersenyum simpul.

Kencana tersenyum dan menoleh ke Indira.

Quote :

"Entahlah~"

"Wah, kok menganggtung begitu jawabannya?" kata Kencana. Ia merapatkan jaketnya.

Quote :

"Sebenarnya aku tidak keberatan, berharap mungkin..."

"Wow, pernyataan cinta, nih?" tanyanya menggoda.

Quote :

"Tapi itu semua terserah Indira."

"Wah, bagaimana dengan Indira?" tanya Kencana pada Indira.

Wajah indira memerah.
"kami tidak pacaran! Kami hanya teman." indira menyangkalnya.
"sudah, jangan bercanda will!"

"ehm... Jadi sebenarnya siapa kyle ini? Penghuni baru atau pacarmu?" indira mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Kencana tersenyum melihat muka Indira yang memerah.

"Hahaha, kok mukanya merah gitu?" tanyanya.

Quote :

"ehm... Jadi sebenarnya siapa kyle ini? Penghuni baru atau pacarmu?"

"Oh, dia bukan penghuni Azure. Dia sepupu Ryu dan karena kebetulan aku tidak punya partner, Luna memasangkanku dengan dia," jawab Kencana.