[Pre-Event] Messing Up with the Preparation

OOC: Topik RP ini tentang pasangan Rikuto dan Rena. Maaf di post sampai 2 kali.
____________________________________________________________________

lokasi: Vienna's shopping centre

Seorang cowok tampan berselimutkan kaus putih berlengan panjang dan juga kemeja kotak-kotak yang semua kancingnya tak satupun dikancingkan, sedang berdiri dengan wajah yang teramat moody menyandar di salah satu tiang listrik di Vienna's shopping center. Cowok ini berkali-kali memandangi kedua jarum jam di tangan kirinya.

"Lama! Lama! Lama!!" keluh Rikuto Kurou, the said boy.

Kedua mata hitam pekatnya berkali-kali memandangi langit, jalanan, lalu jam tangannya. Terlihat dari pandangan orang awam bahwa Rikuto sedang menunggu seseorang. Mungkinkah pacarnya?

"Siapa yang bilang cewek itu pacarku?? Aku sudah punya tunangan tahu!!" teriaknya out of the blue pada God-knows-who alias tak jelas pada siapa. Teriakannya tersebut membuat orang-orang di sekelilingnya menatap padanya, seakan-akan ia orang yang tak waras. Rikuto menatap balik mereka dengan tatapan don't-you-dare-staring-at-me-unless-you-wanna-die-!.

Ia kembali menatap jarum-jarum jam pada jam tangannya. Matahari semakin terik, terlihat sekali pantulan sinar matahari yang terpancar pada rambutnya, membuat rambutnya itu terlihat tidak terlalu hitam pekat.

"Damn! Kenapa Scarlett harus berpasangan dengan cowok sialan itu?! Dasar Luna menyebalkan! Dia malah memasangkanku dengan cewek yang bahkan aku lupa siapa namanya!" seraya mengatakan hal tersebut, Rikuto tiba-tiba saja teringat sesuatu.

"Oh... shit... bahkan aku juga lupa bagaimana wajahnya..." what the? Bagaimana bisa dia menunggu seseorang yang bahkan ia sendiri saja lupa bagaimana wajahnya? Padahal mungkin saja cewek yang ia tunggu sudah datang dari tadi.

"Impossible! Kalau dia memang sudah datang dari tadi, seharusnya dia menyapaku dong!" serunya pada God-knows-who. Benar-benar cowok yang sangat full of himself.

rena berlari dengan rambut panjangnya yang di kuncir pig tail di terburu buru karena telah di tunggu oleh seseorang "wah telat telat" ujar rena sambil berlari,tiba tiba ia terpeleset di depan seorang pria yg sedang menyandar di tiang."aduh aduh" gerutunya.

Kemudian tiba-tiba saja seorang gadis terjatuh tepat di depan Rikuto. Tentu saja, Rikuto kaget setengah mati. Namun refleksnya cukup tajam untuk cepat menangkap tubuh gadis itu sebelum benar-benar terjatuh.

"Oi, nggak apa-apa kan?" tanyanya sambil memegang lengan cewek itu.

Kedua mata hitam Rikuto terbelalak ketika entah kenapa dia merasa familiar dengan gadis itu. Gadis yang rasanya pernah ia lihat di suatu tempat. Dengan otaknya yang pas-pasan, ia mencoba mengingat siapakah cewek itu, dan dimana ia pernah melihatnya.

"Jangan-jangan kau yang namanya Hirasawa Rena, ya?"

Ryu berjalan-jalan untuk menikmata sore hari di Vienna. Biarpun sudah lumayan sering kesini ia belum pernah benar-benar menikmati pemandangan disini karena biasa ia kesini hanya untuk urusan pekerjaan ataua konser saja.

Ketika ia berjalan-jalan ia melihat pemandangan yang cukup menarik, ada seorang pria yang menahan tubuh orang yang mungkin pacarnya ketika mereka terjatuh. Dan rasanya Ryu cukup familiar dengan wajah mereka berdua.

Ia kemudian mendekat dan memutuskan untuk menyapa mereka." Selamat siang Rikuto, selamat siang Rena." Sapa Ryu dalam bahasa Jepang kepada mereka berdua.

Rikuto yang lagi agak-agak nggak mood, kini kedatangan lagi seseorang yang sangaaaat ia kenal yang merupakan musuh besar dalam kehidupan cintanya. Moodnya benar-benar turun drastis saat itu ketika pertama melihat sosok menyebalkan tersebut.

"Cih, kau..." keluhnya, ketika ia sadar bahwa ia masih memegang lengan seorang cewek yang ternyata benar-benar bernama Rena. Tak ingin kesalahpahaman lebih lanjut, Rikuto segera melepas pegangannya dan membiarkan Rena terjatuh. Sungguh tidak gentleman.

"Jangan mengira aku akan menyerah pada Scarlett walaupun aku jalan dengan gadis ini! Scarlett masih tunanganku! Dengar itu baik-baik!" serunya dingin.

Ryu membantu Rena untuk berdiri, sungguh bukan perbuatan seorang gentleman . Dengan tega ia membiarkan Rena terjatuh, padahal tadi ia sudah berhasil menahannya.

"Apa kau baik - baik saja?" Tanya Ryu kepada Rena.

"Dan kau, apa kau yakin bisa merebut Scarlett dariku? Aku sudah mengirimkan surat kepada ayah Scarlett bahwa aku dan Scarlett sudah resmi berpacaran. Dan satu hal yang perlu kau ingat, Scarlett menyukaiku bukan kamu jadi biarpun kau tunangannya kau tidak akan bisa merebutnya dariku. Ingat status keluargaku diatasmu."

Rikuto benar-benar merasa Ryu telah benar-benar memancingnya. Surat untuk ayah Scarlett? Rikuto memutar otaknya untuk mengingat surat apakah yang dimaksud Ryu tersebut.

"Dasar sombong, status itu nggak ada hubungan apa-apa. Lalu soal surat itu, tentu saja sudah kubuang! Kau tahu, semua surat mengenai Scarlett yang datang untuk paman Yuuto selalu diperlihatkannya padaku. Tentu saja, paman Yuuto membebaskanku untuk melakukan apapun pada surat itu. Ya sudah kubuang saja!" balasnya dengan dingin.

"Aku tak peduli walau Scarlett lebih menyukaimu, tapi aku yakin cintaku padanya takkan kalah darimu. Scarlett adalah tunanganku, itu fakta! Lagipula setahuku, paman Yuuto lebih menyetujui aku untuk menjadi calon menantunya daripada kau!"

Entah kenapa, event yang seharusnya menjadi kencan antara Rikuto dan Rena ini menjadi adu debat antara Rikuto dan Ryu yang sama-sama memperebutkan Scarlett. Kasihan Rena, andai saja Rikuto setidaknya mau membukakan hatinya untuk gadis itu.

"iya darimana kau tau namaku" rena bingung sambil berdiri yg di bantu seorang pria "terima kasih" dan membersihkan jaketnya,"dan kau siapa y?" rena yg selalu melupakan segalanya apabila ia fokus pada sesuatu.

Rikuto hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Rena. Benar-benar aneh bin ajaib, padahal mereka berdua sama-sama pasangan dansa namun sama-sama tidak saling mengenal satu sama lain.

"Oi, aku Kurou Rikuto, pasangan dansamu! Ingat itu baik-baik!" jawabnya datar, masih bad mood akibat keberadaan Ryu di dekatnya.

"rikuto rikuto" rena masih mencoba mengingat."jadi kau yg bernama rikuto" rena sambil mengakat ke dua halisnya.
"maaf ini kebiasaan ku sejak kecil hehehe" rena tertawa malu."tapi seingat ku kau kan sudah bertunangan dengan scarlet san".

Rikuto menganggukkan kepalanya, masih dalam posisi bersandar pada tiang dan menyilangkan kedua tangannya di dadanya. "Yah, kau benar, aku memang tunangannya Scarlett!" ucapnya sambil melirik tajam pada Ryu.

"Tapi sekarang aku berpasangan denganmu, dan kita berdua disini. Dunia benar-benar sudah terbalik!" serunya lagi, masih melirik tajam pada Ryu.

"tapi sepertinya kau tidak ingin berpasangan denganku tetapi dengan scarlet"ujur rena sambil tersenyum."aku tidak memiliki pasangan pun tidak apa apa karena sepertinya kau terpaksa" sambil memasukan tangannya ke saku jaket.

Rikuto makin tidak mengerti dengan kata-kata Rena. Jujur, ia tidak terlalu mengerti dengan perasaan perempuan. Tanpa basa-basi lagi, ia segera menarik lengan Rena dan membawanya pergi.

"Sudahlah! Lagipula Scarlett juga sudah punya pasangan sendiri!" ucapnya sambil melirik tajam lagi pada Ryu. "Ayo kita tinggalkan bocah sombong itu! Sekarang kita mau kemana nih?"

Mungkin Rikuto butuh seseorang untuk mengisi rasa kesal dan rasa bosannya, karena itulah pada akhirnya Rikuto setuju menjadikan Rena sebagai pasangan dansanya.

rena terkaget karena lenganya tiba tiba di tarik rikuto "baik lah kalau begitu bagai mana kalau beli baju dulu karena aku tidak membawa baju formalku dari jepang" ujar rena

Rikuto kemudian melepaskan pegangannya pada lengan Rena dan membiarkan gadis itu jalan sendiri. "Okay, whatever!" jawabnya singkat.

Mereka berdua pun akhirnya tiba di salah satu butik terkenal di Vienna, yang berisi gaun-gaun berkualitas terbaik di Austria ini. Salah satu pegawainya menyapa mereka dan berkata bahwa mereka adalah pasangan serasi, yang langsung dibalas dengan tatapan dinginnya yang berarti:

'Nggak, kami nggak pacaran!'

"Kau mau gaun yang gimana? Terserah deh, pilih aja!" jawabnya sambil menatap untuk yang pertama kalinya pada Rena.

"wah sepertinya mahal sekali gaun gaun disini" ujarnya,rena pun melihat berkeliling mencari gaun yang ia akan pakai.setelah 5 menit mencari ia melihat gaun berwarna hitam namun roknya sedikit pendek "kalo menurutmu itu cocok untuku tidak ?" tanya rena pada rikuto.

Rikuto yang saat itu sedang duduk di kursi butik, menatap Rena untuk yang kedua kalinya ketika gadis itu menanyakan pendapatnya tentang baju yang ia pilih. Rena memilih gaun hitam yang roknya agak pendek. Ia mencoba membayangkan Rena mengenakan gaun itu.

"Hmm, coba saja dulu di kamar pas, nanti kalau sudah perlihatkan padaku!" ujarnya cepat, karena sama sekali tak terbayang di pikirannya tentang Rena yang memakai gaun itu.

"hmm baiklah" ujar rena sambil membawa gaun yang ia pilih kekamar pas,rena pun masuk dan menggunakan gaun itu,rena keluar dan memuju ke arah rikuto "hmm bagai mana menurut mu " sambil tersenyum dan berputar.

Rikuto menatap Rena untuk yang ketiga kalinya. Namun kali ini berbeda dari biasanya karena Rena tampil sangat cantik dan menarik. Sempat membuat Rikuto terkesima dan sedikit memerah. Rikuto segera memalingkan wajahnya seraya berkata,

"Ba-Bagus kok! No problem. Ya wanna buy that gown?" tanyanya cepat, sambil menghilangkang rasa deg-degan yang sempat terasa di dadanya. "It's my treat!"

"tetusaja aku akan membeli gaun yang ini" rena tertwa karena melihat rikuto yang terlihat aneh."hmm rikuto boleh aku pinjam uangmu untuk menambah uangku.untuk membeli gaun ini"

Rikuto lalu bangkit dari kursi dan mendekati Rena kemudian menepuk punggungnya. "If I said my treat meant obviously my treat. Biar aku yang bayar!" ucapnya lembut. Setidaknya ia berterima kasih karena Rena telah mengurangi mood-nya yang hilang dengan berpakaian lucu seperti itu tadi.

Namun membayangkan bahwa Scarlett yang memakai gaun itu membuat jantung Rikuto semakin berdebar-debar dan wajahnya menjadi semerah apel.

Setelah selesai menghilangkan wajah memerahnya ia memanggil salah satu pegawai butik. "Oi, aku beli gaun yang dipakai gadis ini satu!" serunya blak-blakan sebelum ia kembali menatap Rena.

"Ada lagi yang mau dibeli?" tanyanya, kini kembali datar seperti sebelumnya.

"sepertinya sudah tidak ada lagi" ujar rena sambil tersenyum melirik rikuto."bagai mana kalau kita pergi minum ke kedai kopi" usul nya pada rikuto,"tapi sekarang aku yg bayar itu sebagai ucapan terima kasihku" lanjutnya.tapi sepertinya rikuto tetap memikirkan scarlet.

Rikuto terdiam sejenak.

"Okay then. Lakukan aja yang kau suka. Sekarang ganti bajumu lalu kita cepat-cepat pergi" ucapnya sebelum ia pergi ke kasir dan membayar gaun itu. Sementara salah satu pegawai menunggu Rena untuk segera berganti baju dan mengambil bajunya.

Sambil menunggu Rikuto lalu duduk di salah satu kursi dan merenung, "Humm, mengingat kopi aku jadi ingat Scarlett. Dammit, kenapa sih Scarlett lebih memilih bocah sombong itu daripada aku??"

Ryu hanya diam saja ketika terajdi percakapan antara Rikuto dan Rna, ia tidak ingin berdebat dengan mereka sehingga nanti masalah akan tambah runyam.

Dan Ryu juga malas untuk membalas tatapan Rikutou, ia kemudian pergi darisana , itu lebih baik dari menemani mereka berdua bukan.

[Ryu : Out]

"hah baiklah,tunggu sebentar ya" ujar rena ,rena pun kembali ke kamar pas yang tadi ia masuki.beberapa menit kemudian rena keluar dan kembali ke tempat rikuto."baiklah ayo kita pergi" ujar rena penuh semangat dengan senyum yang berseri-seri walau ia tau rikuto tidak akan pernah menyukainya,karena rena tau seorang yang sangat di cintai rikuto hanyalah scarlet.