[RP] Brand new day, after the rain

"Lho?" Guin mengorek-ngorek kantong jaketnya. Juga semua kantong celananya. Tapi benda yang dicarinya tidak ada.

Guin berbalik arah sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Maaf! Ternyata aku tidak bawa uang, dompetku ketinggalan di kamar. Boleh tidak aku mengambilnya dulu?" tanyanya pada Kencana dan Seiren. Lagi-lagi dia merasa malu, menyesali sifatnya yang ceroboh dan pelupa ini.

"Atau kalian mau duluan saja?"

Kencana berpikir sejenak.

"Ah, sialkan ambil saja, Guin-chan. Aku bersedia menunggumu, kok. Kan kamu bintan utama di sini," kata Kencana.

"Sei trkatir!!!"katanya pada mereka berdua.
maklum,Ia abru saja menerbitkan komik barunya dan mendapatkan komisii yang sesuai

Guin tertawa mendengar Kencana yang menyebutnya 'bintang utama'.

"Tunggu sebentar ya."

Dia sudah hampir berlari ke kamarnya saat kemudian Seiren berkata akan menraktir mereka dengan honor dari komik barunya.

"Eh, benarkah? Tapi..." Guin merasa tidak enak pada Seiren yang malah jadi menraktirnya dan Kencana karena Guin lupa membawa uang. Tapi tidak enak juga kalau menolak tawaran dari teman baru.

"tak apa!! sebenarnya mau traktir Indira dan Shawn,tapi,berhubung mereka nggak,ada.....mending traktir kalian!!!"kata Seiren ceria.

Seiren menarik mereka berdua ke sebuah meja yang strategis dan memesan makanan

"Kalian pesan apa??"tanya Seiren riang.

"Garcon,S'il vous plait!Un the et Sandwich(pelayan,satu teh dan sandwich*praktek bahasa prancis*),"kata Seiren

"kalian?"

"Hmm... aku pesan escargots satu dan susu vanilla satu," kata Kencana. Ingin juga mencicipi menu satu itu.

Guin bengong seketika saat mendengar cara Seiren memesan makanan.

Dia belum tahu nama-nama makanan dalam bahasa Perancis. Dia juga bingung mau pesan apa. Mau minta daftar menu, siapa tahu ada gambar dan keterangan makanan di sana. Tapi Guin takut dirinya bikin lama karena Seiren saja sudah memesan.

"Umm... Bisa tolong rekomendasikan sesuatu?"

Kencana menoleh ke Guin. Oh ya, Guin kan masih orang baru di sini.

"Baiklah. Pertama, Guin-chan suka makanan yang rasanya seperti apa? Manis, pedas atau yang lainnya?"

Kencana juga sudah memesan. Guin masih 'nyambung' bahwa tadi Kencana memesan susu.

Guin menjawab Kencana yang menanyakan tentang rasa makanan kesukaannya.

"Hmm, sebenarnya aku suka segala makanan sih, hehe. Tapi kali ini aku mau coba makanan yang mengenyangkan dan minuman yang manis."

Kencana berpkir sejenak.

"Hmmm... bagaimana kalau TARTE AU CHOCOLAT? Semacam kue coklat yang manis gitu."

"Oh, boleh juga."

Guin menoleh ke arah pelayan. "Tarte au chocolat." pesannya, sambil menaikkan telunjuk tangan kanannya membentuk angka satu. Setelah itu ia menirukan gestur orang yang sedang minum dan menunjuk ke arah Kencana. Pesan minuman yang sama, maksudnya.

Sang pelayan mengangguk tanda mengerti. Guin tersenyum puas. Pada saat seperti ini, 'bahasa Tarzan' memang paling ampuh.

Sambil menunggu pesanan datang, Guin memulai percakapan -- atau bertanya lagi tepatnya, supaya tidak sepi.

"Selain di sini, tempat asik mana lagi yang sering kalian kunjungi di apartemen ini?"

Kencana berpikir lagi.

"Hmm... mungkin taman bermain? Tapi itu anak-anak, sih."

"Siapa bilang taman bermain untuk anak-anak?"picing Sei. Yah mau bagaimana lagi?hobi gadis ini adalah taman bermain!!!

"Sei lebih suka ke hutan belakang bakar Ubi dengan Aile-kun!lalu....apa ya~~~hehehehehe...reruntuhan rumah tua di barat daya Azure juga menarik...tapi lebih enak ke sungai Seine . bagus lo kalo malam! banyak bintang XD"jelas Sei panjang lebar

Kencana menoleh pada Seiren.

"Eh iya, benar juga," sahutnya pelan.

"Wuah! Mau! Mau!" Mendengar semua itu, mata Guin berbinar-binar. Dia sangat tertarik untuk pergi ke semua tempat yang tadi disebutkan.

Tapi hari sudah semakin sore.

"Apa yang bagus kalau dikunjungi malam-malam? Sungai Seine, ya?" Guin bertanya lagi untuk meyakinkan dirinya. "Nanti malam aku mau ke sana ah, setelah beres-beres kamar!" ucapnya dengan bersemangat. Padahal tidak ada yang menanyakan juga.

Tidak lama kemudian, pelayan mulai berdatangan membawa makanan dan minuman pesanan mereka. Guin menanti dengan tidak sabar, ingin mencoba makanan pertama yang dicicipinya di negeri orang.

Kencana tersenyum sambil menikmati makanannya.

"Baiklah, kita sepakat. Guin-chan, bagaimana makanannya? Enak?"

"Sepakat!" Guin mengulang kata itu dengan wajah ceria.

Tanpa mengindahkan table manner ala Perancis, cewek super-polos ini mulai menyuap tarte au chocolat ke mulutnya. Muncul bunyi berdecak-decak saat ia mengunyah, mengiringi suara keroncongan dari perutnya. Untunglah bunyi-bunyian aneh itu terdengar sangat pelan.

"En-nyaa-aak.." jawab Guin atas pertanyaan Kencana. Kalau ada orang yang melihat, pasti tidak menyangka kalau ia adalah yang paling tua di antara mereka bertiga.

Guin menelan makanan di mulutnya. "Kira-kira udaranya dingin tidak, ya, di sungai Seine nanti malam?" tanyanya, kalau-kalau harus mengeluarkan jaket tebal dari kopernya.

Kencana berpikir.

"Hmm... sepertinya sih iya. Mengingat ini sudah memasuki musim dingin. Lebih baik bawa saja jaket tebal."

Bagi Kencana, ini adalah kesempatan untuk memakai jaket yang baru dibelinya.

__________
OOT : Musimnya disesuaikan.

"hng.....ke sungai Seine..sambil bawa ubi hangat...dan teropong bintaaaang!!"serunya girang

Kencana tersenyum melihat antusias Seiren.

"Wah, Seiren-chan semangat sekali. Sepertinya malam ini akan asyik."

Sei tersenyum polos. tentu saja senang....Aile sedang sibuk..sedang dia...kesepian,Shawn juga sibuk. jadi dia senang karena dapat teman

"jam berapa ke sana?"

"Hahahaha!" Rencana yang sangat mengasyikkan bagi Guin. Apalagi nanti dapat memandangi bintang-bintang di sana --dengan teropong bintang pula!

Sebenarnya kalau ditanya jam berapa, Guin juga tidak tahu pasti jam berapa saat bintang-bintang muncul di langit musim dingin kota itu. "Jam delapan, mungkin? Atau sembilan?"

Rasanya ia sudah tidak sabar. Kini ia mempecepat laju sendoknya. Tarte au chocolat di depannya habis tidak lama kemudian, disusul oleh secangkir susu vanilla hangat. Guin menunggu teman-temannya selesai makan. Setelah itu mereka hendak membayar ke kasir cafetaria.

Ia terdiam sesaat. Kalau-kalau Seiren jadi menraktir mereka. Kalau tidak pun, ia sedang mengingat-ingat berapa harga makanan dan minuman yang dipesannya tadi.

"ok..aku selesai. aku akan ke kasir dulu.."kata Sei. ia beranjak dari kursi lalu ke kasir untuk membaya makanan-makanan serta minuman yang tadi.

tak lama ia kembali

"uaaah!!!nggak sabar pengen ke Seine !!!"

Ternyata Seiren jadi menraktir mereka. "Sei-chan, terima kasih banyak! Maaf merepotkan. Huaaa, aku jadi terharu." Guin meracau sekembalinya Seiren dari kasir. Ia sampai menundukkan kepalanya dan memukul-mukul permukaan meja. Penyakit 'lebay'.

Mendengar Seiren yang sudah tidak sabar ke Seine, dirinya pun demikian.
"Uwaaa! Aku juga nggak sabar!" serunya sambil mengangkat kedua tangan.

"Jadinya jam berapa? Apa jam setengah sembilan saja?"

Kencana juga sudah memakan suapan terakhirnya.

"Aku juga sudah selesai. Terima kasih atas traktirannya, Seiren-chan. Soal jam, bagaimana kalau jam 8 saja? Tidak terlalu malam kan?"