[RP] The Doctor's Arrivals

Tanpa bersuara ataupun melihat, sesaat setelah instruksi Will, Shawn bergerak untuk mengambil cologne dan kapas, dan bergegas kembali untuk melihat apa yang terjadi.

Scarlett, terbaring di tempat tidur, pingsan.

"Scarlett!" ujar Shawn pelan, sedikit kaget, ia segera menyerahkan cologne dan kapas pada Will. Shawn tanpa sengaja memperhatikan keringat yang mengalir dari kulit Scarlett.

"Dia pasti kelelahan lagi... tapi kenapa...?" Shawn lantas keluar sambil mengambil air putih, lalu kembali untuk menemani Scarlett dan Will. Pada jalan kembali, ia melewati Clark, lupa kalau Clark masih ada disana.

"Um... permisi... Clark... maaf, aku lupa ada kau dari tadi." Ia lalu bergegas kembali ke tempat tidur tempat Scarlett terbaring, dan menaruh air putih di salah satu kursi yang diambilnya sesaat yang lalu.

Will menerima kapas dan Cologne dari Garant. Ia lalu meneteskan sedikit Cologne ke kapas dan menaruhnya di bawah hidung Scarlett.

Quote :

"Dia pasti kelelahan lagi... tapi kenapa...?"

"Murni karena kelelahan..." gumam Will sambil menunggu Scarlett sadar. "Tapi aku curiga anemia juga... Mungkin tekanan darah rendah... Yang jelas, ia harus sadar dulu."

"Garant, tolong buatkan teh hangat juga untuk Nona kecil ini, dia akan butuh sesuatu yang manis setelah shock pingsan..." Tambahnya ketika melihat Garant membawa segelas air putih.

"Ah... ya..." Shawn lalu bergegas keluar dari kamar tidur itu lagi untuk membuatkan segelas teh manis panas, dan kembali berpapasan dengan Clark.

"Euh... Scarlett... pingsan..." ujarnya sambil lalu pada Clark. Shawn lantas mengambil gula dan satu kantung teh hitam.

Ia segera membawakan teh manis hangat yang dibuatnya dan menaruhnya disamping air putih yang tadi ditaruhnya.

"Ah iya... Will, dia sering pingsan, tubuhnya lemah."

"Terima kasih..." gumam Will saat didengarnya Garant kembali. Ia belum mengalihkan pandangannya dari Scarlett karena gadis itu tak kunjung sadar.

Quote :

"Ah iya... Will, dia sering pingsan, tubuhnya lemah."

"Hmmm..." Pikiran Will berspekulasi. "Aku belum bisa memastikan jika belum diadakan pemeriksaan... Tapi tak usah khawatir, tampaknya tidak terlalu parah..." ujar Will pelan.

"Begitu..." Shawn menatap Scarlett dengan lembut, ia memilih untuk duduk disamping tempat tidur dan memperhatikan tangannya yang mungil.

"Hhh... kenapa ya...?"

Akhirnya, mata Scarlett sedikit membuka, lalu menutup lagi. Tampaknya gadis ini begitu kelelahan. Will membiarkannya tertidur. Toh tadi dia sudah sadar, meski hanya sesaat. Denyut nadinya pun sudah berangsur-angsur kembali normal.

"Nah, sudah ta.." Will menoleh ke arah Garant, memergoki tatapan lembutnya ke gadis itu. Will lalu tersenyum tertahan.

"Sudah tak apa-apa, kau bisa lega..." Will menyelesaikan kalimatnya yang sempat terpotong sambil membereskan bekas kapas dan botol Cologne. "Sepertinya kau amat mengenal Nona ini. Pacarmu ya?" Tanya Will sambil lalu.

Kegelapan, adalah hal yang sering dilihat baik oleh Scarlett maupun Envy. Di saat seperti ini siluet seseorang yang sering ia lihat saat setitik cahaya mulai terpancar adalah Yuto Siegfierd, pria yang paling dicintainya. Kini pun hal yang sama terulang. Di ujung matanya--ketika titik cahaya itu mulai menyebar, terlihat sosok Yuto samar-samar.

"Ayah..." ucapnya lirih.

Namun sosok Yuto yang tampan tersebut tergantikan oleh sosok pria yang juga sudah tak asing lagi baginya. Ia kaget, bahunya bergetar, dan segera menjauh.

"Kyaa~ Shawn-saan!! Kau mesum! Apa yang kau lakukan padaku?!" serunya. Hhh.. Seperti biasa.

Quote :

"Kyaa~ Shawn-saan!! Kau mesum! Apa yang kau lakukan padaku?!"

Will yang hendak menaruh botol cologne buru-buru berbalik. Dilihatnya Scarlett sudah bangun dan menatap Garant dengan tatapan kesal segaligus sedikit kaget.

"Ah... Sudah bangun Nona?" Ujarnya sambil menghampiri kasur.

Quote :

"Sepertinya kau amat mengenal Nona ini. Pacarmu ya?"

"Ap... tidak... dia bukan pacarku..." wajah Shawn sedikit memerah.

"Dia... aku... rasanya pernah bertemu dengannya dulu... itu saja..." ujar Shawn, mencoba mencari alasan untuk berlindung.

Sedikit demi sedikit Scarlett membuka matanya, sampai akhirnya ia sadar sepenuhnya.

Quote :

Kyaa~ Shawn-saan!! Kau mesum! Apa yang kau lakukan padaku?!"

"A...Apa... aku... aku tidak melakukan apa-apa!"

Berbeda dari Shawn yang biasanya tenang, ia kini agak panik, entah efek dari pertanyaan Will tadi atau sesuatu yang lain.

Scarlett masih merasa kaget dengan keberadaan Shawn yang tiba-tiba lagi-lagi dikejutkan dengan suara lembut seorang pria yang bertanya padanya. Ia terdiam sejenak, masih meloading situasi.

"Ah iya.. daijoubu da.." ucapnya lembut dengan senyuman yang memesona. "Ngomong-ngomong kau siapa? Yuto ada dimana? Bukannya tadi ada?" tanyanya polos.

Lalu ia kembali menoleh pada Shawn. "Ah Shawn-san!! Kenapa setiap aku bangun dari pingsanku selalu ada kamu?! Dimana Yuto-otousan? Shawn-san mengenalnya kan? Tadi dia ada disini! Sekarang dimana??" tanyanya dengan menekan intonasinya. Air mata entah kenapa menetes dari kedua mata violetnya.

Quote :

"Ah iya.. daijoubu da.."

Will tidak mengerti ucapan Scarlett, tapi tampaknya gadis itu mencoba mengucapkan bahwa ia baik-baik saja.

"Baguslah...." Ujar Will lega. "Sekarang, minum dulu teh hangat ini." Tambahnya sambil menyodorkan cangkir berisi teh hangat ke Scarlett.

Quote :

"Ngomong-ngomong kau siapa? Yuto ada dimana? Bukannya tadi ada?"

Will menatap Scarlett keheranan, Yuto? Setahunya daritadi yang ada di ruangan itu hanya Dia dan Garant.

"Maaf, siapa?" Tanyanya, sedikit linglung. "Oh, ya, saya Will"

"Ah..." Shawn, masih agak panik, kebingungan dengan cara apa ia harus menenangkan Scarlett.

"Eh... uh... Manager... Manager Yuto ada di kedai... sedang menginstruksikan para pegawai... ya kan...? Biasanya selalu begitu... kan...?" kata Shawn sedikit bingung, mencoba menenangkan Scarlett.

"Sekarang... tenang ya... tenang..." Ia bingung harus melakukan apa lagi, sampai akhirnya ia teringat sesuatu.

Pelan-pelan, ia merangkul Scarlett yang terduduk diatas tempat tidur, mencoba menenangkannya dengan membelai rambut Scarlett yang lembut dan halus.

"Tenang ya... tenang... Yuto-otousan baik-baik saja kok..." bisiknya pelan pada Scarlett yang menangis. Shawn lalu melihat Will.

"Nanti kujelaskan." ujarnya pelan sambil tersenyum masam.

Will melihat adegan antara Garant dan Scarlett, tapi tidak bisa berkomentar apa-apa.

Quote :

"Nanti kujelaskan."

Will mengangguk pelan. "Ini, pastikan ia meminum teh-nya.." Gumamnya, lalu beranjak untuk menaruh botol cologne.

"Ah..." Ujarnya, melirik ke arah Clark. "Aku benar-benar minta maaf.... Bukannya aku mengacuhkan mu..." Gumamnya salah tingkah dan merasa bersalah.

Will memberinya teh hangat. Scarlett lalu mengangguk dan meminumnya. Ia suka teh, namun ia lebih suka kopi. "Thank you very much for the tea, Will-san!" ucapnya memakai bahasa inggris, karena sepertinya pria itu tak mengerti bahasa Jepang.

Namun mengingat kopi, ia malah teringat kembali akan Yuto Siegfierd, pria tampan yang paling ia sayangi. Ia merindukan pria itu. Air mata yang mengalir menunjukkan rasa rindunya ingin bertemu. Namun itu tak mungkin.

Shawn pun menenangkannya dengan mengelus rambutnya, membelainya lembut, dan berkata bahwa Yuto baik-baik saja atau semacamnya. Ia tahu Yuto memang baik-baik saja tapi tadi Yuto ada disini dan tersenyum padanya?

"Aku yakin tadi Yuto-otousan ada disini!" serunya membela perkataannya. Namun tak lama kemudian ia sadar bahwa ini (topik RP) kamar Will. Scarlett lalu bangkit, dan membungkuk 90derajat pada Will karena telah berbuat rusuh di kamar baru pria itu. "Gomen! I'm so sorry! Aku telah merepotkan Will-san disini! Aku ini benar-benar tak tahu diri! Yuto pasti marah padaku.." serunya.

Will baru saja kembali ke kamar, bermaksud memeriksa keadaan Scarlett.

Quote :

"Gomen! I'm so sorry! Aku telah merepotkan Will-san disini! Aku ini benar-benar tak tahu diri! Yuto pasti marah padaku.."

"Ah, tak apa..." Sahut Will lembut. "Sebaiknya kau tidak langsung bangun, tidurlah dulu... Lagipula saya akan melakukan sedikit pemeriksaan. Tidak keberatan kan?" Tanya Will.

"Em... Scarlett..." ujar Shawn pelan, setelah melepaskan rangkulannya pada Scarlett.

"Yuto-san tidak ada disini... dari tadi... maaf untuk mengatakan itu... tapi dia memang tidak ada disini..." ujar Shawn sambil membuang mukanya kesamping.

Yuto-san memang tidak ada disini...?

Scarlett lalu menggembungkan pipinya. Ia lalu melirik ke kiri dan ke kanan. Yuto memang tak ada disini. Ya, sudahlah. Lagipula, jika Scarlett memikirkan kembali baik-baik Yuto memang tak seharusnya ada disini.

"Hhh..." ia menghela nafasnya.

Scarlett lalu segera menatap Will ketika pria itu bermaksud akan memeriksanya. Ia terdiam sejenak. Sempat bengong. Dan...

"Eh? Periksa?" serunya. "Tapi tak membuatku harus sampai buka baju kan?" tanyanya dengan intonasi yang tinggi. Maklumlah, tinggal selama 16 tahun bersama Yuto yang mesum, membuatnya juga berpikiran agak sedikit mesum. Ayah dan anak memang sama saja.

Quote :

"Eh? Periksa? Tapi tak membuatku harus sampai buka baju kan?"

"Eeeh... Tentu saja tidak..." Will melihat kepanikan Scarlett. Sebenarnya, untuk memeriksa detak jantung, agar lebih jelas, baju harus dibuka. Tapi Will agak sungkan. Lagipula, tampaknya kemungkinan ini membuar Scarlett tidak nyaman.

"Hanya pemeriksaan tekanan darah. Tunggu sebentar." Will lalu beranjak untuk mengambil Tensimeter.

Scarlett hanya mengangguk ketika Will mengambil tensimeternya. "Oh.. begitu.." Setelah itu ia terdiam sejenak, tampak memikirkan sesuatu. Ia lalu menatap Will, bermaksud mengucapkan sesuatu. Namun terlihat ragu-ragu, ia pun menutup kembali mulutnya. Kemudian ia membuka kembali mulutnya, namun ditutup lagi.

Ayo gadis bodoh kau pasti bisa! seru Envy tiba-tiba untuk menyemangati Scarlett.

Akhirnya Scarlett memberanikan diri juga untuk berbicara. Wajahnya terlihat memerah. "Anoo.. Will-san memang dokter asli kan? Kalau iya.. sepertinya tak apa jika aku membuka bajuku.. Agar tubuhku dapat diperiksa lebih rinci lagi.." ucapnya malu-malu.

Ia melanjutkan kata-katanya. "A-Aku juga ingin tahu penyebab lemahnya tubuhku... Kau tahu, aku sering jatuh pingsan, aku tak kuat berlari atau berolahraga walaupun cuma 5 menit, aku tak mampu mengangkat beban berat, aku tak kuat berada di bawah sinar matahari lama-lama, lalu kulitku juga langsung terluka walaupun cuma tergores sudut meja atau ujung pensil yang lumayan runcing... Aku ingin tahu kenapa tubuhku begini lemah. Mungkin ada turunan dari ayahku yang tubuhnya juga lemah, tapi ayahku pun tak sampai sebegininya..!!" serunya menyampaikan keluh kesahnya.

"Aku memang bukan orang yang berpenyakitan.. Tapi tubuh lemah ini cukup menggangguku!" serunya lagi, sambil menatap lurus Will.

"Jadi kumohon periksa aku! Aku rela walaupun harus membuka semua bajuku atau membayar uang sebesar apapun! Aku hanya ingin agar tubuhku tidak terlalu selemah ini! Lagipula dokter juga sudah biasa melihat orang tanpa baju kan? Onegai~ Will-sensei!" pintanya sungguh-sungguh sambil melakukan ojigi 90 derajat lagi untuk yang kedua kalinya.
_________________
oot: dasar tukang bikin rusuh si Scarlett ini! nekat bgt dia? lagipula penyakit tubuh lemahnya itu ga bisa diilangin lho~
<<<PM kejam nan mesum... =.=a

"er, scarlett kurasa memeriksa tubuhmu itu tidak harus dengan cara itu. Setahuku ada tes darah dan sebagainya. Kenapa juga kau harus membuka bajumu?" clark merasa aneh juga.

"hei, jangan menyalahkan dan membenci tubuh lemahmu itu. Tuhan sudah memberikannya padamu sebagai anugerah." clark mengelus kepala scarlett untuk menenangkannya.

Will yang baru saja kembali dari mengambil tensimeter sedikit tertegun mendengar penuturan Scarlett. Sebenarnya yang ingin di ceknya adalah tekanan darah dan detak jantung saja.

"Sekarang, saya hanya akan melakukan prosedur yang sederhana, jika Nona mau tahu lebih jelas tentang keadaan fisik Nona, sebaiknya Nona menjalani rangkaian Tes Pemeriksaan Fisik di Rumah Sakit." Saran Will. "Nah, jika tidak keberata, saya akan mengambil stetoskop..." Gumam Will sambil beranjak lagi.

"Nah, maaf, saya akan memulai pemeriksaan..." Ujar Will sambil memakai stetoskopnya. "Tidak perlu membuka baju hanya untuk ini..." Will menaruh ujung stetoskop di punggung Scarlett.

"Nah, coba tarik nafas dalam-dalam..." Perintah Will.

Scarlett hanya menatap Will. "O-Okay.." ucapnya.

Kemudian stetoskop mendarat di punggungnya dan ia pun menarik nafasnya dalam.

"Oh iya... Scarlett... ah... tidak..." Shawn awalnya ingin mengatakan sesuatu, namun lantas ia mengurungkan niatnya.

Memutuskan untuk tidak mengganggu Will yang sedang bekerja, Shawn duduk di kursi didekat Clark.

"...Hhh... jadi, Clark... kita menunggu saja... ya...?"

Quote :

"...Hhh... jadi, Clark... kita menunggu saja... ya...?"

"Tentu saja... kita tidak bisa melakukan apapun sekarang. Just wait and see..." Clark mengangguk setuju dengan Shawn.

"Mungkin dia harus belajar dari CLara. Dia punya stamina yang bagus."

"Yah... memang sih beberapa orang bisa belajar..." balas Shawn sambil berpikir sedikit.

"Tapi kalau keturunan... bisa saja... kan..." lanjutnya lagi, agak muram kali ini.